Senin 13 Nov 2017 07:43 WIB

Buya Sabe, Tenun Khas Donggala

Rep: Fira Nursyabani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pekerja merapikan bentangan benang kain Buya Sabe (sarung khas Donggala) yang ditenun di salah satu industri tenun rumah tangga di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/12).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Pekerja merapikan bentangan benang kain Buya Sabe (sarung khas Donggala) yang ditenun di salah satu industri tenun rumah tangga di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DONGGALA -- Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, memiliki tenun khas yang dalam bahasa Kaili disebut buya sabe atau kain sutra. Buya sabe memiliki tekstur yang agak kaku dengan warna-warna gelap seperti ungu tua, merah hati, hitam, dan biru tua.

Pada awalnya, tenun donggala hanya boleh dipakai oleh kalangan bangsawan karena dianggap sebagai kain yang mewah. Namun kini tenun donggala biasa digunakan oleh masyarakat setempat sebagai pakaian resmi untuk pesta dan upacara kematian, atau bahkan untuk pakaian sehari-hari.

Kepala Seksi Layanan Wisata dan Promosi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Donggala, Satrisni Bisno, mengatakan, buya sabe per helainya (2,5 meter x 1 meter) biasa dijual seharga Rp 400 ribu hingga jutaan rupiah. Mahalnya harga tenun donggala. kata dia, disebabkan oleh coraknya yang masih asli dan pembuatannya yang memakan waktu hingga dua bulan.

"Kain yang dibuat oleh pengrajin tenun donggala memang mahal karena itu asli buatan tangan dengan motif yang menunjukan keindahan alam Donggala," jelasnya beberapa waktu lalu.

Dilihat dari motifnya, terdapat beberapa jenis tenun yang dibuat oleh pengrajin tenun donggala. Buya bomba merupakan corak tenun yang paling ter kenal, dengan motif bunga-bunga. Corak ini menunjukkan sisi kain yang anggun dengan perpaduan warna yang berani. Corak lainnya adalah pelekat garusu, buya sura, buya subi, bomba kota, serta buya awi yang polos dan biasa dipakai untuk alas meja.

"Motif bomba ini yang paling sulit dan yang paling mahal dibandingkan dengan yang lainnya," ujar dia.

Jika ingin melihat langsung proses pembuatan kerajinan tenun donggala, pengunjung bisa datang ke beberapa desa yang masyarakatnya sebagian besar merupakan penenun kain. Desadesa tersebut di antaranya Desa Limbo ro, Desa Towale, Desa Salubomba di Kecamatan Banawa Tengah; Desa Tosale di Kecamatan Banawa Selatan; dan Desa Wani di Kecamatan Tanantovea.

Satrisni menuturkan, Pemerintah Kabupaten Donggala terus berupaya mempromosikan tenun Donggala agar tidak hanya dikenal masyarakat lokal, tapi juga seluruh Indonesia dan dunia. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Donggala secara rutin mengikuti pameran-pameran kebudayaan serta melakukan pelatihan pemasaran bagi pelaku-pelaku bisnis di Donggala.

sumber : Pusat Data Republika/Nina Chairani
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement