Selasa 14 Nov 2017 12:45 WIB

Generasi Milenials Bukan Pekerja 'Kutu Loncat'

Rep: Nora Azizah/ Red: Winda Destiana Putri
Generasi milenials bekerja. Ilustrasi
Foto: ABC
Generasi milenials bekerja. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persepsi 'kutu loncat' bagi para milenials yang acap bekerja di perusahaan startup memang sering terdengar. Namun demikian, berpindah-pindah pekerjaan dari satu perusahaan startup ke tempat lain bukan menjadi 'style' bagi para milenials.

Sebuah perusahaan startup meski baru berdiri sekuat mungkin akan mempertahankan talenta bagus para pekerjanya. Sebab, para pekerja bertalenta menjadi modal tebesar mengembangkan perusahaan.

Apabila terjadi gaya 'kutu loncat', bisa disebabkan dua faktor utama, yakni performa si pekerja tidak cukup baik, atau perusahaan tidak bisa mempertahankan karyawannya. Bila seorang pekerja milenials hanya bertahan sekitar dua sampai tiga tahun saja di sebuah perusahaan kemudian pindah ke perusahaan lain, kondisi tersebut tidak bisa hanya dilihat dari satu sisi saja.

'Kutu loncat' bukan gaya dari seorang milenials dalam bekerja karena banyak talenta muda yang tetap bertahan di satu perusahaan. Hal tersebut diperjelas oleh Managing Director and Vice President LinkedIn for Asia Pacific Olivier Legrand. "Terkadang para anak muda belum menemukan pekerjaan yang cocok untuknya karena terbentur keinginan dan ambisi," jelas Legrand. Biasanya, para pekerja muda cenderung senang mencoba dan belajar baru.

Namun ketika sudah dua atau tiga tahun bekerja mereka baru menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan hati. Itu sebabnya para milenials sering berpindah tempat kerja untuk mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu sebelum menetap di satu perusahaan. Meski demikian kondisi ini bukan merupakan sebuah 'style' bagi seorang pekerja muda. Kondisi berpindah-pindah hanya menjadi proses dalam mendapatkan pekerjaan impian.

Legrand juga mengatakan, berpindah-pindah pekerjaan juga bisa dilihat dari sebuah perusahaan dalam mempertahankan para pekerjaan. Apabila seorang pekerja muda multi talenta kemudian bekerja di sebuah perusahaan namun tidak mendapatkan kesejahteraan, tentu jalan ke luar satu-satunya adalah pindah ke perusahaan lain yang lebih baik. Sebagai contoh, LinkedIn merupakan perusahaan terbuka dengan mayoritas pekerja berusia 28 tahun.

LinkedIn selalu merusaha memelihara dan mendekatkan diri dengan para talenta berbakat di perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar pekerja berpotensi 'betah' duduk di kursi jabatannya. Apabila sebuah perusahaan melihat banyak karyawannya berpindah kerja hanya dalam waktu singkat, ada baiknya perusahaan tersebut mencoba mengubah sistem dan manajemen perusahaan khususnya dibidang memelihara sumber daya manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement