Senin 23 Oct 2017 10:47 WIB

6 Hal Unik di Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Rep: MGROL 99/ Red: Indira Rezkisari
Pengunjung memerhatikan koleksi simpanan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Rabu (2/10). Kunjungan ke museum ini memberikan wawasan pelajar terkait proses menuju kemerdekaan Indonesia melalui koleksi-koleksi sejarah yang dipajang.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pengunjung memerhatikan koleksi simpanan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Rabu (2/10). Kunjungan ke museum ini memberikan wawasan pelajar terkait proses menuju kemerdekaan Indonesia melalui koleksi-koleksi sejarah yang dipajang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Museum Perumusan Naskah Proklamasi atau bisa disingkat Munasprok merupakan museum bersejarah yang menceritakan detik-detik bersejarah bangsa Indonesia, yakni peristiwa perumusan naskah proklamasi. Rekam jejak peristiwa tersebut bisa diketahui dengan mengunjungi museum ini.

Setiap masa punya cerita, setiap tempat punya kisahnya sendiri-sendiri. Mungkin jika hanya cerita atau kisah yang membedakan museum-museum pada umumnya. Begitu pula dengan museum ini.

Berikut hal-hal yang mungkin Anda belum ketahui tapi ada di museum yang terletak di kawasan Imam Bonjol, Jakarta Pusat.

Kamar mandi dengan tiga pintu

Jika pada umumnya kamar mandi hanya memiliki satu pintu, gedung yang dulunya merupakan kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda ini memiliki kamar mandi dengan tiga pintu. Menurut Edukator Museum, Ari Suryanto, ini adalah bukti kecerdasan arsitektur di zaman Belanda. Ruangan yang letaknya di lantai dua ini merupakan efektivitas pemanfataan ruangan yang ada.

“Daripada mereka membuat satu kamar mandi untuk satu ruangan, maka dibuatlah kamar mandi yang bisa dipakai bersamaan dengan ruangan lain,” jelasnya kepada Republika.co.id.

MGROL 99

Komik digital

Kesan modern juga tampak di gedung dengan luas bangunan 1.138 meter persegi. Ada komik yang menceritakan peristiwa sekitar proklamasi, kisah R Otto Iskandar Dinata, I Gusti Ketut Pudja, Mr Iwa Kusuma Sumantri, Ahmad Soebadjo Djojoadisoeryo, Bung Hatta, hingga Sukarni bisa dibaca di setiap stan digital yang ada di sudut–sudut ruang museum.

Bungker peninggalan Maeda

Mungkin bagi Anda yang ke sana tidak akan menyadari adanya bungker ini. Pasalnya, bungker ini terletak di bagian belakang museum. Bungker dengan kedalaman sekitar 170 cm dan lebar 2,5 meter, dan panjangnya tujuh meter ini digunakan untuk melindungi pejabat Belanda jika sewaktu-waktu ada serangan udara atau bom dari musuh.

Edukator Museum, Ari Suryanto, juga menjelaskan bungker ini ditemukan secara tidak sengaja pada waktu revitalisasi bangunan ketika proses museum didirikan sekitar tahun 1983. “Pengunjung boleh masuk ke dalam bungker ini, namun harus memerhatikan cuaca, jika hujan, maka bunker ini akan becek atau dipenuhi lumpur,” tambahnya.

Pinjam buku yang dipamerkan

Tepatnya di lantai dua bangunan, ruangan pameran museum perumusan naskah proklamasi memamerkan koleksinya. Salah satu koleksi yang ditampilkan adalah buku-buku sejarah. Tidak usah khawatir bagi Anda yang ingin membaca buku tersebut, walau buku-buku itu diletakkan rapi dalam kotak kaca, Anda bisa meminjamnya untuk di baca ditempat. Tentunya dengan meminjam terlebih dahulu ke perpusatakan museum yang letaknya ada di bagian belakang bangunan.

Halaman belakang museum bisa disewakan

Dengan luas tanah 3.914 meter persegi, tentunya museum ini menyisakan halaman atau teras belakang yang cukup luas. Teras belakang sering disewakan bahkan untuk kegiatan yang tidak berkaitan dengan sejarah sekalipun. Bahkan pernah ada seminar tentang perekonomian yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

“Yang paling penting harus ada surat untuk menyewa teras belakang ini, juga akan ada biaya sewa tergantung pemakaian untuk listrik dan lain-lain. Namun jika dilakukan swakelola, misalkan listrik dan sebagainya mereka sediakan sendiri, paling hanya ada biaya tikar saja.”

Lemari dalam tembok

Lagi-lagi ini membuktikan kecerdasan arsitektur peninggalan Belanda. Jika biasanya lemari dibuat dari kayu,  JFL Blankenberg adalah arsitek cerdas asal Belanda yang menciptakan lemari dalam tembok. Ukurannya memang tidak terlalu besar, lemari ini ada di bagian kamar pribadi Laksamana Maeda. “Tujuannya sederhana, ini adalah bentuk pemanfaatan ruang dalam bagunan ini,” ujar Ari Suryanto.

MGROL 99

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement