Sabtu 21 Oct 2017 14:00 WIB

Ngelemang, Tradisi Leluhur yang Mulai Pudar

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Potongan bambu-bambu hijau sepanjang setengah meter itu sudah terkumpul rapih. Paccung, bambu tersebut biasa dinamakan, jumlahnya ada ribuan. Setelah diisi masing-masing dengan beras ketan bercampur santan kelapa, bambu mulai dibakar.

Asap mengepul dan wangi sedap langsung menyelimuti kawasan di Desa Purajaya II, Kecamatan Kebun Tebu, Kabupaten Lambar. Kegiatan yang berlangsung ramai ini disebut sebagai ngelemang, salah satu tradisi khas di daerah tersebut.  

Ngelemang merupakan tradisi turun temurun masyarakat di Lampung Barat. Bisa diartikan sebagai kegiatan membuat lemang, yakni panganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu.

Cara membuat panganan ini tidak terlalu sulit. Sebelumnya, ketan yang sudah disiapkan digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi beras ketan dicampur santan kelapa kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu lalu dibakar sampai matang.

Kuliner khas Lambar tersebut biasa disajikan pada acara pernikahan atau hari raya. Namun, di tengah menjamurnya makanan siap saji dan instan bagi anak muda, lemang sudah mulai terpinggirkan.

Ngelemang massal ini pun sengaja digelar untuk kembali mempopulerkannya. Acara ini digagas Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lambar agar generasi muda bisa melestarikannya. "Ini bagian komitmen pemerintah daerah melestarikan budaya leluhur kita, terutama di Kabupaten Lampung Barat," kata Bupati Lambar Mukhlis Basri, yang ikut ngelemang, Jumat (21/10).

Mukhlis berharap tradisi ngelemang tidak memudar. Apalagi generasi muda sekarang lebih menyukai segala sesuatu yang mudah, enak, cepat, dan instan. Padahal, ungkap dia, ngelemang merupakan tradisi leluhur yang patut dijaga dan rasanya tidak kalah dengan sajian makanan zaman sekarang.  Bila tidak punya kepedulian dikhawatirkan lemang punah 10-20 tahun ke depan.

Acara ngelamang massal ini tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) 2017. Jumlah lemang yang dibakar ada 5.433 paccung. Rekor sebelumnya dipegang Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat dengan 4.720 paccung.

Menurut Bupati, pemecahan rekor Muri untuk ngelemang massal bukan tujuan. Intinya, acara yang digagar Pemkab Lambar tersebut, untuk memacu generasi muda mencintai dan melestarikan tradisi nenek moyang yang baik tersebut, sebagai warisan leluhur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement