REPUBLIKA.CO.ID, LIWA -- Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus mengajak untuk melestarikan penganan lokal seperti lemang yang merupakan kuliner tradisional khas Lampung Barat. Makanan tersebut biasa disajikan pada saat-saat istimewa, seperti acara pernikahan, hari raya, dan lainnya.
Bupati Parosil menuturkan suguhan lemang dan secangkir kopi robusta menjadi menu utama para tamu dan sanak keluarga yang bersilaturahim. Panganan bakar yang gurih perpaduan ketan dan santan ini wajib dinikmati bila berkunjung ke Lampung Barat.
Bagi masyarakat Lampung Barat, tradisi 'Ngelemang' (memasak lemang) bukan hanya sebatas pada acara masak-memasak saja. Ada makna historis dan filosofis yang terkandung di dalamnya. "Ya, melalui lemang, para leluhur mengajarkan nilai-nilai 'Beguai Jejama', budaya gotong royong dalam bermasyarakat. Sebuah media edukasi yang menarik, tepat, dan efektif. Luar biasa bukan," ujar Bupati, di Liwa, Lampung Barat, Senin (18/6).
Lemang lahir dari proses rumit dan panjang. Dalam proses produksinya, dibutuhkan kerja sama dan tenaga banyak orang. Hal itu dilakukan sejak proses awal, mulai dari mengumpulkan bambu, daun pisang, mengolah adonan, memasukkan adonan ke dalam bambu, dan diakhiri dengan proses pembakaran. Penerapan nilai gotong royong menjadi bagian penting di dalamnya.
Kini, seiring berjalan waktu, tradisi Ngelemang sudah mulai ditinggalkan. Berbagai hal menjadi penyebabnya. Modernisasi dan infiltrasi budaya asing yang menciptakan manusia hedonis dan individualistik dianggap sebagai penyebab utama oleh beberapa pihak.
Guna mengatasi hal tersebut, Pemkab Lampung Barat bersama pihak terkait terus melakukan edukasi dan sosialisasi terkait pelestarian adat dan budaya lokal (termasuk kuliner) melalui berbagai media acara. Hal itu dilakukan sejak dini di bangku sekolah dasar, melalui pelajaran muatan lokal. Berbagai acara kebudayaaan lokal pun telah dilaksanakan. Bahkan, pemecahan Rekor MURI terkait Ngelemang pun sudah dilakukan.
Parosil Mabsus sebagai pimpinan mewajibkan staf dan jajarannya menggunakan penganan lokal (lemang, cucur, dan lainnya) sebagai suguhan pada setiap acara. "Selain melestarikan kuliner lokal, kebijakan ini juga berdampak pada keberlangsungan pelaku usahanya," ujarnya.