Ahad 08 Oct 2017 06:59 WIB

Planetarium Jakarta dan Bintangnya yang tidak Pernah Berubah

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
Siswa berkunjung ke Planetarium Jakarta.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa berkunjung ke Planetarium Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan merupakan waktu untuk menghabiskan hari bersama keluarga dan sahabat. Berwisata di dalam kota pun tetap menjadi agenda menarik yang bisa dilakukan sepanjang Sabtu dan Ahad.

Planetarium yang terletak di Cikini, Jakarta Pusat, merupakan salah satu pilihan wisatanya. Planetarium Jakarta sebenarnya belum pernah melakukan renovasi penuh sejak diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin 49 tahun yang lalu. Planetarium dan Observatorium pertama di kawasan Asia Tenggara ini merupakan salah satu dari tiga wahana simulasi langit di Indonesia selain Kutai, Kalimantan Timur.

Ketika Republika.co.id berkunjung pertengahan pekan lalu, ada beberapa pekerja yang sedang melakukan renovasi di area Planetarium yang berada di kompleks Taman Ismail Marzuki ini seperti pembuatan trotoar. Pemerintah DKI Jakarta tahun ini memindahkan Planetarium Jakarta dari bawah Dinas Pendidikan ke Dinas Pariwisata DKI Jakarta, untuk itu dibutuhkan adaptasi untuk menyamakan visi dan misi, termasuk dalam promosi Planetarium Jakarta.

Planetarium Jakarta memiliki tiga fasilitas yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum, astronom amatir maupun mahasiswa yang sedang melakukan penelitian. Diantaranya adalah simulasi bintang, observatorium yaitu sebagai tempat pendalaman benda langit, dan ruang pameran yang berisi batuan, roket maupun informasi mengenai tata surya.

Pertunjukan Planetarium sudah sekali mengalami pembaharuan, sejak dibangun 1964. Pada tahun 1996 Planetarium pertama di Indonesia ini memiliki perangkat proyektor baru. Tahun ini, ketika proyektor tersebut mencapai usia 21 tahun Planetarium justru harus sangat berhati-hati. Sebab sebetulnya masa bertahan perangkat buatan Jerman itu sudah habis sejak melewati usia 15 tahun.

Hal tersebut pula yang membuat Planetarium Jakarta melakukan pemangkasan waktu pertunjukan. Di awal kedatangannya, Planetarium bisa mengadakan enam kali pertunjukan dalam sehari, saat ini hanya dua kali. "Jadi meskipun masyarakat antusias namun kendala pada perangkat yang tidak memungkinkan untuk melakukan pertunjukan tambahan," ujar Widya Sawitar, staf astronomi sekaligus pakar astronomi Planetarium.

Bahkan ditahun 2016 pertunjukan di planetarium harus tutup karena komponen perangkat terbakar. Pihak Planetarium Jakarta harus memesan komponen itu secara khusus pada salah satu pabrik di Jerman karena pabrik sudah tidak memproduksi perangkat tersebut. Ketika ada kerusakan seringkali Planetarium Jakarta harus mendatangkan langsung teknisi dari negara yang terkenal dengan birnya tersebut.

Meski begitu, Planetarium sudah mengajukan untuk mendapat perangkat baru agar kapasitas pengunjung yang datang lebih banyak dan Dinas Pariwisata dapat mempromosikan lebih Planetarium Jakarta. .

Dari data yang diperoleh Planetarium Jakarta, pengunjung berdasarkan tingkat pendidikan pada September 2017 didominasi oleh siswa SMP sebesar 514 orang, TK 200 orang dan SD 200. Sedangkan dari segi asal daerah,pengunjung planetarium Jakarta 33 persen berasal dari DKI Jakarta, 31 persen dari Jawa Barat, 25 persen dari Jawa Tengah dan 11 persen dari Banten. Pihak Planetarium Jakarta mengharapkan bahwa dengan adanya pembaharuan baik dari segi bangunan maupun teknologi, agar mampu menjadi objek wisata bidang astronomi bagi masyarakat umum.

Salah satu pengunjung asal Jakarta Selatan, Yudi, memang merasa Planetarium Jakarta tak menarik. "Filmnya kurang update, kalah dari film di bioskop, tidak ada fasilitas untuk anak-anak seperti taman bermain dan kalau bisa diperluas sampai luar," ujar karyawan swasta yang sudah dua kali mengunjungi Planetarium bersama anaknya ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement