Kamis 14 Sep 2017 07:08 WIB

Anak Usia Tiga Tahun Berisiko Depresi

Rep: Sri Handayani/ Red: Gita Amanda
Anak depresi (ILustrasi)
Foto: Boldsky
Anak depresi (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Depresi tak hanya menimpa orang dewasa, tapi juga anak usia Taman Kanak-Kanak (TK). Seiring dengan meningkatnya keinginan orang tua menyekolahkan anak-anak, para dokter di India memperingatkan sekolah bisa menjadi surga bermain anak, tapi juga bisa menjadi mimpi buruk.

Depresi tidak jarang terjadi pada anak-anak. Kasus ini sering kali berawal dari sekolah karena perundungan masih menjadi masalah di sekolah, kata Konsultan-Pediatrik Neurologi di Rumah Sakit Burjeel, Husein Nasser Matlik.

Dilansir Khaleejtimes.com, Husein mengutip hasil penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa depresi bisa muncul pada anak usia tiga hingga lima tahun. Penelitian itu mengungkapkan, 0,5 persen depresi terjadi pada anak usia 3-5 tahun dan 1,5 persen pada usia 6-12. Sebanyak 3.5 persen pada anak usia 12-17 tahun.

Depresi anak umum terjadi pada laki-laki dan perempuan. Namun, jumlah penderita perempuan meningkat hampir dua kali lipat setelah masa puber.

Matlik mengatakan ada faktor risiko orang tua dan guru yang harus diperhatikan. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga, kekerasan dan penolakan dalam rumah tangga juga bisa menjadi faktor risiko.

Bagaimanapun, faktor terpenting saat ini adalah perundungan karena anak-anak menderita semacam sakit kronis setelah mengalami ini. "Tugas orang tua dan guru untuk memastikan mereka terlindungi," kata Matlik.

Matlik mengatakan,sekolah harus lebih menyadari fenomena ini dan melakukan lebih banyak pengawasan. Sekolah harus mempertimbangkan apakah anak memiliki disabilitas yang memungkinkan risiko ia dibuli, penyakit tertentu seperti kanker dan epilepsy, dan dan sebagainya. sekolah juga perlu memastikan mereka diperlakukan secara normal.

Matlik menyarankan agar para orangtua melakukan konsultasi dengan guru ketika anaknya mengalami perundungan di sekolah. Jika perundungan tidak dihentikan, akan mengarah kedepresi.

Matlik menyebutkan faktor risiko lain, seperti kekerasan fisik, gangguan jiwa, autism, dan riwayat trauma di otak. Orang dewasa harus lebih memperhatikan apakah anak mengalami perubahan mood ekstrem, misalnya merasa terpuruk, kehilangan minat, kurang berinteraksi, atau perubahan mendadak dalam pola makan.

Gangguan tidur seperti sulit tidur, tidur berjalan, terlalu mudah bangun dan sulit tidur kembali juga bisa menjadi tanda awal yang harus diperhatikan. Matlik mengingatkan agar orang tua berkonsultasi pada psikolog anak jika menemui perubahan mendadak seperti ini.

Hipnoterapis dan psikolog Naser al-Riyami mengatakan, depresi klinis pada anak biasanya berawal dari interaksi kompleks. Anak usia enam tahun bisa diberi terapi medis untuk melawan depresi. Namun, mayoritas anak tidak perlu diberi terapi medis. Mereka lebih memerlukan perubahan lingkungan yang lebih kondusifdan teman untuk bercerita.

Naser mengatakan, rasa sedih dan cemas paling sering ditemui. Cara sehat untuk melawan ini pada anak usia 0-12 tahun adalah dengan melakukan sleep-talk dengan anak sebelum tidur. Program ini perlu dilakukan setiap malam selama minimum tiga bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement