REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam masyarakat sudah tertanam bahwa cantik itu adalah mereka yang berkulit putih. Padahal, cantik itu tidak harus berkulit putih. Cantik bisa saja berkulit sawo matang atau berkulit gelap sekalipun.
Menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, kulit hanya merupakan salah satu perwakilan dari penampilan fisik. Namun kulit menjadi penting karena merupakan bagian terluar tubuh kita yang langsung terlihat orang lain.
Sayangnya, kulit yang putih bersih seringkali dikaitkan dengan kecantikan seseorang. Bahkan pemikiran seperti itu sudah mengakar dimasyarakat kita. Sudah ada sejak dulu tertanam cantik itu putih, langsing dan rambut panjang.
Untuk mengubah pemikiran itu memang tidak mudah dan tidak instan. Karena itu, peran orang tua sangatlah penting untuk membantu remaja melihat potensi dirinya.
“Mematahkan dan membuat keadaan berbalik memang agak sulit. Tapi bisa dilakukan. Karena mitos sudah terlanjur kemana-mana bahwa orang kulit putih eye catching, menonjol,” ujarnya.
Saat remaja, di masa pubertas, menurutnya mau tidak mau remaja diseret untuk lebih perhatikan penampilan fisik karena pubertas. Di mana saat itu fisiknya berubah. Kulit berjerawat bagian tertentu berubah. Karena itu mereka membutuhkan dukungan lingkungan baik dari orang tua maupun keluarga lainnya.
Mereka butuh penguatan dan diyakinkan bahwa berkulit gelap itu tidak masalah. Remaja juga harus ditanamkan sikap bangga dengan dirinya sendiri terutama dengan warna kulitnya. Ini akan membuat mereka merasa nyaman dan jelaskan bahwa penampilan fisik bukan segalanya. “Tidak harus putih tidak apa,” ujarnya memberi contoh ungkapan orang tua pada anaknya.
Ungkapan seperti ini harus datang dari orang tua dan keluarga, karena terkadang sulit didapatkan dari teman karena mereka labil. Remaja ini membutuhkan figur lebih dewasa untuk mengatakan, ”Kamu baik-baik saja. Kamu ok. Kamu punya kelebihan lain yang bisa dikembangkan.”
Selain itu, orang tua harus membuat mereka lebih percaya diri, lebih positif memandang dirinya sendiri. Daripada memusingkan penampilan ajak remaja untuk menunjukkan kalau otak remaja ini berisi. Jangan hanya bersolek saja.
Buatlah anak bangga pada dirinya sendiri. Ajak remaja untuk menampilkan keahlian mereka. Misalnya percaya diri berbicara di depan umum, wawasan luas. Dengan memperlihatkan hal ini, mereka akan nampak menonjol. “Dibanding tampilkan fisik yang semu, jiwa sosial dan inner beauty harus dikeluarkan,” ujarnya.
Ketika remaja yakin dan nyaman dengan dirinya dan kulitnya, dia bisa percaya diri. Dengan percaya diri, potensi diri remaja akan menonjol.