Selasa 15 Aug 2017 10:10 WIB

Pembuat Film Banda Minta Maaf ke Keluarga Wandan, Ada Apa?

Produser Film Banda The Dark Forgotten Trail, Sheila Timothy
Foto: Dwina Agustin / Republika
Produser Film Banda The Dark Forgotten Trail, Sheila Timothy

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Produser dan sutradara Film Banda, "The Dark Forgotten Trail" meminta maaf kepada keluarga besar Wandan atau warga Banda Ely, Elat Kepulauan Kei, Maluku Tenggara, terkait isi film tersebut. Isi film itu menceritakan warga keturunan Banda hilang tidak tersisa akibat pembantaian oleh Gubernur Hindia Belanda Jan Peterszoon Coen pada 1621.

Produser Sheila Timothy yang bisa dipanggil Lala dan sutradara Jay Subiyakto berada di Ambon dan bertemu dengan keluarga besar Wandan, Senin, dimediasi oleh Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo.

"Kami senang sekali dapat berdialog dan diskusi dengan para tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Wandan, terkait dengan pemutaran Film Dark Forgotten Trail, yang dinilai mengabaikan partisipasi dan keterlibatan keluarga Wandan dalam melahirkan film tersebut," kata Lala, dalam keterangan pers bersama keluarga besar Wandan, usai berdialog membahas film tersebut.

Hadir dalam dialog itu Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dan Sejarawan Barata Richard Hutagalung. Menurut Lala, tujuan pembuatan film Dark Forgotten Trail untuk membangun rasa persatuan antara sesama anak bangsa sehingga bisa menjadi bangsa yang lebih kuat.

"Namun sebagai pembuat film, kami tentunya bukan sejarawan yang mengetahui semua peristiwa masa lampau. Karena itu banyak kekurangan yang mungkin terbaikan dalam film tersebut," katanya.

Ia menyatakan dirinya dan Jay senang sekali bisa duduk bersama untuk berdiskusi dan mendapat masukan-masukan, termasuk untuk untuk lebih mempertajam membangun kultur. Ia juga berharap bisa membuat film lain tentang keluarga Wandan dan peristiwa-peristiwa lain yang perlu diangkat.

"Saya sebagai produser dan Jay sebagai sutradara meminta maaf kepada seluruh warga keluarga Wandan, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda, jika ada salah kata dari kami atau hal-hal yang menyebabkan kesalahpahaman. Kami tidak ada niat buruk atau niat tidak baik dalam pembuatan film tersebut," kata Lala.

Ia mengakui pihaknya juga melihat di dalam film tersebut ada peristiwa yang sangat menyakitkan warga Wandan, dan karena itu diharapkan peristiwa tersebut kelak dapat diangkat dan ditelusuri lebih jauh, sehingga bisa memberikan keadilan tidak hanya untuk warga Wandan, tetapi untuk seluruh bangsa Indonesia.

Tokoh masyarakat Wandan, Abdul Azis Latar mengapresiasi niat baik produser maupun sutradara untuk berdialog sekaligus mengklarifikasi opini-opini yang selama ini berkembang dalam karya film itu.

"Kami dari keluarga besar Wandan, setelah mengikuti secara cermat dalam dialog dipimpin oleh Bapak Pangdam Pattimura, dapat menemukan solusi bagaimana bisa menyelesaikan persoalan ini, sehingga tidak berlarut-larut demi menjaga stabilitas keamanan dan nama baik keluarga Wandan untuk kemajuan daerah kita sendiri," kata Abdul.

Oleh karena itu, lanjutnya, dengan permintaan maaf yang sudah disampaikan secara terbuka, secara tulus dan ikhlas keluarga Wandan menerimanya. Namun, ada catatan kritis agar hal-hal yang selama ini disoroti agar dapat bisa dilihat kembali.

"Keluarga Wandan berharap agar film-film ke depan tidak lagi mengabaikan partisipasi dan keterlibatan keluarga Wandan, untuk kita melahirkan sebuah film yang bisa membawa kebaikan dan bisa mewakili aspirasi dan kepentingan keluarga Wandan sendiri," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement