REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong manajemen media penyiaran televisi menambah konten untuk anak-anak agar karakter para penerus bangsa lebih terbentuk dan tidak tergerus oleh siaran yang belum tepat bagi mereka.
"Beberapa tahun terakhir siaran untuk anak-anak minim sekali dan kami sudah membicarakan itu dengan pihak terkait termasuk pertelevisian nasional," kata Ketua KPI Yuliandre Darwis di Padang, SumatRa Barat, Sabtu (5/8).
Ia menyampaikan hal tersebut dalam seminar parenting dengan tema keselarasan pola asuh antara keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat dalam membentuk karakter anak di Padang. Menurutnya secara umum siaran-siaran untuk anak-anak belum memenuhi kata cukup sehingga anak-anak kekurangan tayangan yang cocok untuk umur mereka.
Jika anak-anak menonton siaran yang tidak pantas untuknya, jelas dia tentu akan berdampak pada perilakunya. Misalnya, sebutnya seperti menonton gosip pada pagi hari, akan berdampak pada perilakunya ketika sudah besar.
"Saat ini televisi nasional sudah ada yang mulai memproduksi konten animasi dan ini harus kita dukung terus," jelasnya.
Ia meminta ketika memproduksi tayangan untuk anak-anak, dapat dimasukkan unsur-unsur adat dan budaya yang ada di Indonesia agar mereka yang menonton dapat menyerap dan mengingat pesan yang terkandung dalam tontonannya.
"Anak-anak Indonesia butuh tontonan yang mendidik, berkarakter dan berbudaya," lanjutnya.
Selain itu untuk konten anak-anak dari luar negeri seperti animasi Upin dan Ipin yang merupakan salah satu contoh tontonan yang tepat bagi anak usia dini juga telah menghiasi layar kaca sejak beberapa tahun terakhir.
"Menurut aturan penyiaran Indonesia, 40 persen tayangan boleh diisi oleh konten luar negeri namun harus sesuai dengan prosedur," ujarnya.
Kemudian ia juga mengingatkan orang tua agar mengontrol anak-anaknya ketika menonton televisi. Jangan sampai anak menonton tayangan yang akan berdampak pada perilakunya.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harris Iskandar mengatakan orang tua merupakan benteng utama untuk menjadikan seorang anak memiliki karakter.
"Kontrol orang tua adalah benteng utama dari pengaruh lingkungan negatif," katanya.