REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Into The Light pembentukannya berawal dari langkah sederhana. Mereka merupakan kelompok yang memutuskan untuk terjun mendampingi individu yang merasa memiliki dorongan untuk bunuh diri.
"Ini berawal tahun 2015 di mana kami melihat banyak berita tentang bunuh diri. Justru pertama kali karena mau buat seminar," kata salah satu pendiri Into The Light Benny Prawira ketikadihubungi Republika.co.id, Senin (24/7).
(Baca: Ciri Orang Ingin Bunuh Diri)
Benny menceritakan, ketika itu berita tentang bunuh diri di media kian marak. Dia dan teman-temannya memutuskan untuk melakukan seminar seputar pencegahan bunuh diri untuk sebagai tindakan agar bisa mengurangi jumlah orang yang ingin bunuh diri.
Ketika promosi acara sedang dilakukan, justru ada seseorang dari Bali yang mencurahkan isi hatinya tentang keinginan bunuh diri. Melihat tanggapan tersebut, akhirnya dia dan temannya langsung meminta orang tersebut ke psikiater yang sudah mereka siapkan di Bali, sebab Benny serta rekan lainnya bukan ahli dan berada di Jakarta.
Setelah penyelanggaraan seminar selesai, dia melihat jika permasalahan tersebut harus lebih dari sekadar seminar saja. Akhirnya dia membuat komunitas Into The Light untuk menjadi wadah bagi remaja khususnya yang merasa ada dorongan untuk bunuh diri.
Untuk sesi konsultasi dan pendampingan, Into The Light membuka secara online melalui akaun media sosial dan email komunitas. Mereka sebisa mungkin menjadi kawan curhat atas masalah yang membebani seseorang dan pada tahap tertentu, orang tersebut akan dirujuk untuk menemui psikiater.
"Kadang orang enggan ke psikolog atau psikiater sebab takut penilaian orang, dikira orang gila gitu," kata Benny.
(Baca juga: Jangan Menasihati Orang Ingin Bunuh Diri)