REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Pendidikan keuangan inklusif yang komprehensif, dan terintegrasi dalam kurikulum pendidikan formal, sejak usia Sekolah Dasar (SD), hingga tingkat perguruan tinggi dianggap sebagai salah satu upaya meningkatkan taraf hidup 27,5 juta penduduk pra sejahtera di Indonesia.

Penulis buku motivasi dan motivator, Hamry Gusman Zakaria, mengatakan pendidikan keuangan inklusif harus dimulai sejak dini, karena saat usia SD karakter seseorang mulai dibentuk. 

Menurut dia, jika pola pikir hidup hemat, sederhana, dan rajin menabung/berinvestasi, sudah tertanam sejak dini,  kemungkinan besar sampai dewasa pun, seseorang akan tetap berpegang teguh dengan pola pikir tersebut.

“Tentu ini bisa mulai kita tanamkan di lingkungan terdekat, yaitu keluarga kita,” kata dia saat berbincang dengan Republika.co.id di Jakarta, Kamis (20/7). 

Dia menuturkan, kampanye gemar menabung tersebut dilakukannya di berbagai kesempatan, termasuk saat berbincara dalam seminar puncak acara Hari Keluarga Nasional XXIV di Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung 15 Juli lalu. Hadir dalam pertemuan teresbut Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani dan Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty.  

Hamry menjelaskan BKKBN, sebagai leading sector pembangunan Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK), yang juga bertugas meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pendekatan ketahanan ekonomi keluarga, merilis buku motivasi ketahanan keluarga untuk lima segmen usia. 

Dia menyebutkan yaitu untuk anak, remaja, pasangan suami istri (pasutri), lanjut usia (lansia), dan UPPKS/Keluarga Pelaku Usaha Mikro. Rencananya buku tersebut akan dibagikan secara gratis kepada elemen masyarakat, melalui 34 kantor perwakilan BKKBN se Indonesia.

Ikuti Whatsapp Channel Republika