REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta Fair Kemayoran (JFK) tahun ini diselenggarakan untuk ke-50 kalinya. Di JFK yang digelar hingga 16 Juli mendatang, masyarakat dapat menemukan dua warisan budaya Indonesia dengan mengunjungi Paviliun Mahakarya Indonesia.
Pada Sabtu dan Ahad, paviliun yang digagas oleh Dji Sam Soe ini menghadirkan demonstrasi pembuatan bir pletok dan cethe. Bir pletok adalah minuman khas Betawi yang menjadi salah satu bukti peranan penting rempah-rempah khususnya cengkeh.
"Di masa lalu rempah yang terdiri dari cengkeh, pala, bunga pala, lada, dan kayu manis telah menjadikan Indonesia sebagai pemain utama perniagaan yang sering disebut Jalur Rempah," kata sejarawan JJ Rizal dalam diskusi di Paviliun Mahakarya, akhir pekan lalu.
Keistimewaan bir pletok juga telah diakui di tingkat nasional. Ini dibuktikan dengan penobatan bir pletok sebagai salah satu dari 30 Ikon Kuliner Nusantara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012.
Selain bir pletok, mahakarya Indonesia lain yang turut meramaikan JFK 2017 adalah cethe. Cethe adalah budaya melukis dengan ampas kopi di permukaan rokok. Budaya ini berasal dari Tulungagung dan menyebar ke daerah pesisir lain.
Menurut JJ Rizal, cethe adalah budaya yang menggambarkan masyarakat Indonesia sebagai Homo Ludens. Manusia tidak harus selalu bekerja tapi perlu menyediakan waktu bersantai atau bermain. "Dengan memanfaatkan waktu bersantai untuk berkreasi inilah, lahir berbagai karya seni budaya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara," ungkapnya.