REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO -- Letusan Kawah Sileri di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara pada Ahad (2/7) lalu. Peristiwa tersebut tak menganggu gelaran Dieng Culture Festival (DCF) kedelapan dengan acara puncaknya di Komplek Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, 4-6 Agustus 2017 mendatang.
Ketua DCF VIII, Alif Fauzi mengatakan letusan Sileri berjarak sekira enam kilometer dari zona utama Dieng. Selain itu, Kawah Sileri memang dikenal kerap meletus dengan jenis letusan freatik atau mengeluarkan lumpur dan embusan asap belerang yang tak berbahaya. “Sebenarnya Tidak berbahaya, hanya panik saja. Jadi banyak yang berlari karena takut. Akhirnya terluka,” ujar Alif di Wonosobo, Senin (3/7).
Alif menjelaskan, Kawah Sileri berada di zona dua atau kawasan penyangga. Dengan demikian, walaupun terjadi insiden, tak akan berpengaruh secara langsung terhadap kawan wisata utama. Lebih lanjut, Alif mengungkap, Kawah Sileri juga tak memiliki riwayat mengeluarkan gas beracun. Itu sebabnya, kawah ini dinyatakan aman meski kerap meletus mulai skala kecil hingga sedang, seperti yang terjadi sekarang.
“Itu berada di zona penyangga, jadi tidak akan menggangu. Luka yang diderita oleh pengunjung itu bukan luka langsung akibat letusan melainkan karena lari, panik, dan terjatuh. Pelataran kawah perlu diketahui adalah kerikil,” ujar Alif.
Dia justru menyebut insiden di Kawah Sileri ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. Dia mencotohkan Kawah Sikidang yang letaknya relatif dekat dengan komplek Candi Arjuna. Kawah Sikidang justru menarik bagi wisatawan karena letupan-letupan lumpur kawah yang berpindah-pindah, menyerupai lompatan kijang.
“Yang jelas aman. Namun, kami, bersama dengan instansi terkait juga tetap memantau dengan alat pengukur zat belerang di kawah. Jadi yang kami ukur bukan gas beracun melainkan kadar belerang,” katanya.
Sementara itu, gelaran Dieng Culture Festival 2017 yang kali ini bertema The Spirit of Culture nanti berisikan sejumlah acara. Di antaranya Ritual Cukur Rambut Gembel, Akustik Atas Awan, Kirab Budaya, Parade Kesenian, Pesta Lampion, Ekspo Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Purwaceng. Lokasi kegiatannya, semuanya di seputaran Komplek Candi Arjuna, Dieng Banjarnegara.
“DCF ini sudah menjadi agenda tahunan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara serta didukung Kementrian Pariwisata. Bahkan sekarang sudah menjadi agenda nasional,” ujarnya.
Bahkan saat ini seluruh tiket paket DCF 2017 sudah habis terjual atau soldout. Tahun ini pihaknya menyediakan sekira 3.500 tiket. Tiap tiket dijual dengan harga Rp.300 ribu. Homestay di seantero kawasan wisata Dieng juga sudah habis dipesan. Namun, pengunjung masih memiliki kesempatan untuk menyewa rumah penduduk.
“Itu sudah termasuk souvenir untuk tamu. Ada pula tudung untuk nanti dilukis sendiri oleh pengunjung. Juga paket Dieng Culture Festival lainnya, seperti pesta lampion, yang tidak belum dapat homestay. Bisa juga menyewa rumah warga. Harganya antara Rp 500 ribu sampai satu juta per malam. Tergantung besar kecilnya rumah, dan jumlah rombongan,” katanya.
Sementara itu Menteri Pariwisata Arief Yahya mengapresiasi proses recovery kawasan Dieng, yang cepat dan tanggap menghadapi kasus seperti ini. Sehingga wisatawan tidak merasa khawatir untuk datang dan berkunjung ke Dieng Culture Festival.
“Jika ada kejadian itu, yang paling penting bagaimana kita mengatasinya, crissis center kita jalan memonitor selama 24 Jam. Recovery destinasi di Dieng sangat cepat, wajar jika Dieng banyak digemari wisman (wisatawan mancanegara) dan wisnus (wisatawan nusantara). Sebab, dataran tinggi Dieng menyuguhkan panorama yang begitu indah dan eksotis,” ujar Arief.
Lebih jauh Arief Yahya menjelaskan soal erupsi di Kawah Sileri, Dieng, Banjarnegara itu, pihaknya sudah menerima laporan dari Tim Crisis Center Kemenpar. "Intinya, semua sudah kembali normal, jadi silakan kembali berwisata dan mengekaplorasi Dieng lagi," kata Arief.
"Tim Crisis Center Kemenpar sudah menggali informasi terbaru, dari Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, dan mereka memastikan tidak ada kenaikan status waspada sehingga aktivitas pariwisata di kawasan dataran tinggi Dieng tetap berjalan normal," ujarnya.
Khusus di Kawah Sileri, disarankan untuk tidak terlalu dekat ke bekas kawah yang sempat erupsi itu. Arief Yahya menyadari, kebiasaan wisatawan nusantara itu, malah suka menantang bahaya, swafoto di dekat-dekat kawah itu. Lalu di unggah di media sosial dan bangga, karena berada di daerah yang berbahaya.
Minimal, dalam radius 100 meter, dari kawah. Sedangkan, tujuan lain seperti Kawah Sikidang tetap berjalan normal. Lalu diperkuat dengan keterangan resmi dari BNPB bahwa kawasan Dieng sudah aman dan kembali normal.
"Sampai pagi ini (3/7) tidak ada gempa susulan di Kawah Sileri. Kondisi kawah-kawah lain yang berada di kawasan tersebut juga berada dalam kondisi normal. Artinya lokasi tersebut aman bagi aktivitas pariwisata," katanya.