Selasa 30 May 2017 03:49 WIB

Pangeran William Ingin Dua Anaknya Tumbuh di Lingkungan Normal

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Hazliansyah
Pangeran William dan Kate Middleton bersama kedua anak mereka saat melakukan lawatan ke Kanada.
Foto: AP
Pangeran William dan Kate Middleton bersama kedua anak mereka saat melakukan lawatan ke Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pangeran William ingin anak-anaknya tumbuh di lingkungan normal. Pria bergelar Adipati Cambridge itu menyatakan tidak sepakat bila putra-putrinya, George dan Charlotte, harus tumbuh besar di balik tembok istana.

Hal tersebut disampaikan William pada sesi wawancara dengan Alastair Campbell untuk //British GQ//. Pria 34 tahun itu menegaskan akan berjuang mewujudkan apa yang menjadi keinginannya, demi membuat anak-anaknya berada dalam dunia yang bahagia, stabil, dan aman.

"Semua ini sangat penting bagi kami berdua sebagai orang tua. Saya pun tidak bisa melakukan pekerjaan saya tanpa stabilitas keluarga," kata William merujuk dirinya dan sang istri, Catherine 'Kate' Middleton.

Kakak Pangeran Harry itu juga mengungkap kerinduan terhadap ibunya, mendiang Putri Diana. William berharap bisa mendapatkan nasihat sang ibunda, memperkenalkan Diana kepada Kate, dan melihat putra-putri mereka tumbuh besar.

Ia sedih membayangkan hal tersebut tidak akan pernah terjadi, bahwa istri dan anaknya tidak akan pernah mengenal Diana. Namun, William mengaku sudah berdamai dengan pikiran yang mengganggunya itu, di mana ia kini bisa membicarakannya lebih jujur dan terbuka.

"Saya butuh hampir 20 tahun untuk sampai ke tahap ini, terkadang saya masih merasa kesulitan karena kesedihan ini juga dirasakan banyak orang, semua orang tahu tentang hal ini, semua orang tahu ceritanya, semua orang mengenalnya," ungkap William.

Selain membicarakan keluarga, William juga membahas kampanye "Heads Together" yang bertujuan mematahkan stigma yang melekat pada kesehatan mental dan kesejahteraan. Menurut William, siapapun tidak bisa mengakses layanan yang ada sampai mereka mampu mengatasi tabu dan stigma, dilansir dari laman Sky News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement