REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orangtua biasanya membedakan antara mainan anak laki-laki dengan anak perempuan. Perempuan identik dengan mainan masak-masakan atau boneka. Sedangkan anak laki-laki identik dengan mobil-mobilan, kereta-keretaan, tembakan dan lainnya. Apakah memang harus demikian, bahwa anak laki-laki main mainan yang pas untuk mereka, begitu juga sebaliknya anak perempuan bermain mainan untuk anak perempuan?
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, dr Markus Danusantoso, SpA, menjelaskan mengenalkan anak tentang gender bisa dimulai sejak dua tahun ke atas. Pada saat seperti itu kenalkan mainan sesuai gender. Kalau ternyata anak lebih memilih mainan tidak sesuai gender, tidak jadi masalah. Tergantung bagaimana cara bermainnya.
Misalnya anak perempuan cenderung memilih main mobil-mobilan. Saat anak itu memainkan mobil-mobilan, kita sebagai orangtua ambilkan boneka. Ini agar dalam proses permainan ada dua benda berbeda. Seolah-olah kita bandingkan mainan.
“Kita tidak boleh melarang ini mainan anak laki-laki, ini mainan anak perempuan, anak tidak bisa menangkap hal itu. Sebaiknya kita ajak anak alihkan permainan. Misalnya saat anak sedang bermain boneka, katakan pada anak, ini dek lebih bagus ada rambutnya. Hal-hal seperti ini seperti rambut mama. Rambut ade bisa disisir,” jelasnya belum lama ini di Jakarta.
Pada usia dua tahun ke atas, baru orangtua mengalihkan mainan anak sesuai dengan gendernya. Tapi kalau anak sudah terlanjur suka dengan mainan yang tidak sesuai gendernya, orangtua bisa memasukkan unsur feminin pada anak perempuan, atau unsur maskulin untuk anak laki-laki.
Misalnya saat anak perempuan main mobilan, minta pada anak itu untuk masukkan boneka ke dalam mobilnya, seolah boneka itu sedang naik mobil. “Gender penting tidak mutlak dari awal harus ini itu, harus kita bantu,” ujarnya.