Sabtu 13 May 2017 08:01 WIB

Cara Optimalkan Perkembangan Sosial Emosional Anak

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, dr Markus Danusantoso, SpA.
Foto: dok ELC
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, dr Markus Danusantoso, SpA.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Bunda, Jakarta, dr Markus Danusantoso, SpA mengatakan makin besar anak, maka kemampuan sosial emosionalnya akan semakin berkembang. Karena itu orangtua harus mendukungnya.

“Jangan biarkan anak berkembang seperti apa adanya. Misalnya ada anak-anak bermain tapi dia egois. Mainan diambil temannya ngamuk-ngamuk. Itu tidak boleh dibiarkan,” ujarnya yang juga menjadi ELC Child Development Specialist.

Menurutnya, kemampuan sosial emosional anak harus dibantu orangtua. Misalnya pengendalian emosi pada bayi dan anak, ketika anak marah kecewa pada waktu bayi, orangtua harus bisa menenangkan bayi misalnya dengan memeluk bayi, menepuk bayi, mengajak bicara dan letakkan bayi di dada ibu.

Tapi faktanya saat anak rewel, orangtua malah menyetelkan musik, sambil asyik-asyikan bermain gawai. Atau justru dia malah memanggil pengasuh anak. Orangtua tidak mau tahu caranya bagaimana membereskan anak rewel. Makin lama bayi makin besar, jika saat membutuhkan yang datang justru pengasuhnya, maka tidak heran jika anak menjadi agak jauh dengan orangtua. Karena kebutuhan apapun tidak langsung ditanggapi orangtuanya.

Prinsip pengendalian emosi, menurut dokter Markus, adalah kelekatan orangtua atau pengasuh dengan anak (attachment) dan orangtua atau pengasuh selalu siap membantu menenangkan anak (available). “Selalu siap membantu menenangkan anak. Hal-hal seperti ini kadang lupa. Saat anak butuh bantuan kita sibuk. Menyuruh orang lain. Lalu saat bermasalah anak maunya ditenangin orang lain, enggak mau sama kita (orang tua),” ujarnya dalam acara “Develop Social and Emotional Skills Through Playing” yang diselenggarakan Early Learning Centre (ELC), sebagai penyedia mainan yang membantu perkembangan anak, di Jakarta, belum lama ini.

Bukan hanya itu, kadang-kadang saudara atau teman sebaya membantu menenangkan anak. Kalau orangtua punya tiga anak, kalau bisa kakak-kakaknya membantu untuk memberikan solusi, membantu adik yang sedang emosi. Tapi terkadang kakak asyik sendiri. Karena orangtua sudah memberikan macam tugas, atau kakak sibuk dengan gawainya.  

“Tidak peduli hal seperti itu. Dan ini membuat hubungan masing-masing keluarga jadi renggang,” tambahnya.

Jadi menurut dr Markus M. Danusantoso, dengan terjadinya komunikasi dua arah pada saat bermain, baik secara verbal maupun non verbal, maka kemampuan sosial anak pun turut terasah. Kemampuan sosial emosional anak dapat dioptimalkan pula oleh orangtua dengan beberapa hal seperti selalu menunjukkan cinta kasih ketika berada di dekat anak, bersikap sensitif, responsif dan siap membantu anak, bermain bersama anak dengan permainan yang sesuai dengan usia dan perkembangannya, selalu mengajak anak berbicara dan memberi penjelasan, serta selalu berhadapan dan tatap mata saat berbicara dengan anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement