Selasa 02 May 2017 07:54 WIB

Buku Digital dan Buku Cetak Sama Baiknya untuk Anak

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
 Sejumlah anak-anak membaca buku di perpustakaan keliling sahabat anak di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Senin (28/11).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah anak-anak membaca buku di perpustakaan keliling sahabat anak di Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta, Senin (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Isi buku, apakah itu versi cetak atau digital bergantung pada cara anak memahami ceritanya. Studi baru di NYU Steinhardt School of Culture, Education, and Human Development Amerika Serikat

menunjukkan anak-anak berusia tiga hingga empat tahun bisa disajikan buku cerita digital, baik dibacakan orang lain atau dilihat langsung.

"Cerita digital dari sumber berkualitas juga menjadi sumber pembelajaran penting bagi anak-anak," kata Profesor Pendidikan Anak dan Baca Tulis di NYU Steinhardt, Susan B Neuman, dilansir dari Moneyish, Selasa (2/5).

Peneliti di NYU mengambil responden 38 anak usia prasekolah. Mereka diminta mendengarkan cerita dari buku digital (e-book) dan buku cetak yang dibacakan secara vokal oleh orang dewasa. Cerita digital yang dipaparkan dari tablet berasal dari Speakaboos, situs yang menawarkan cerita interaktif menyasar anak-anak usia prasekolah dan taman kanak-kanak. Cerita versi digital ini memiliki karakter animasi, halaman secara otomatis berganti, dan teksnya menyala saat ceritanya dibaca.

Setelah mendengar ceritanya, anak-anak ditanyai pertanyaan terkait pemahamannya tentang cerita, latar, karakter, plot kosakata, dan banyak lagi. Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan antara anak-anak yang melihat cerita di tablet atau mendengarnya langsung saat dibacakan.

"Apa yang paling mencolok dari temuan kami adalah kesamaan, bukan perbedaan dalam respons anak terhadap media pengajaran," kata mahasiswa doktoral di Department of Teaching and Learning di NYU Steinhart, Kevin M Wong.

Penelitian lain menunjukkan anak-anak dapat belajar dari aplikasi pendidikan di tablet. Meski demikian, orangtua perlu berhati-hati memerhatikan seberapa banyak mereka mengizinkan anak-anaknya mengakses tablet. Ini karena American Academy of Pediatrics merekomendasikan batasan waktu anak-anak memandang layar gawai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement