REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Soal menstruasi kerapkali dianggap tabu. Penyanyi dangdut yang juga Duta AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) Peduli Air dan Sanitasi Ikke Nurjanah mengajarkan kebersihan menstruasi pada putrinya yang beranjak remaja.
Perbincangan tentang menstruasi kerapkali dihantui mitos dan tabu. Meski seiring waktu komunikasi anak dengan orang tua makin terbuka, ternyata ada hal-hal yang masih sulit dikemukakan. Salah satunya, soal menstruasi. Padahal, menurut Ikke, ini sangat penting untuk alasan kesehatan.
"Kita punya mitos yang enak enggak ya ngomonginnya'. Kadang-kadang ada tabunya. Tapi sekarang anak-anak harus lebih gamblang. Bisa sih mereka searching, tapi lebih enak kalau kita jelaskan langsung," kata Ikke Nurjanah, di Hotel Atlet Century Park, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.
Ketika anak beranjak remaja, orang tua kerapkali dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis anak. Misalnya, soal menstruasi dan kesehatan reproduksi. Menurut Ikke, orang tua harus kreatif dan aktif mencari tahu. Anak perempuan butuh fasilitas dan waktu khusus, apalagi saat menstruasi.
Ikke merasakan situasi ini saat putrinya pertama kali mendapat menstruasi pada kelas 1 SMP. Ia menuturkan, anak-anak kadang masih cuek. Mereka harus diajarkan tata cara di toilet, membersihkan diri, mencuci, dan sebagainya. Semua perlu panduan dari orang tua, khususnya ibu.
Orang tua perlu dibekali pengetahuan agar tidak terkesan menakut-nakuti anak, tapi realistis menyampaikan hal-hal yang harus dijaga saat menstruasi. Menurut Ikke, ini perlu ditanamkan sejak anak berusia sekolah dasar. "Karena anak-anak SD sekarang sudah banyak yang menstruasi, kalau dulu kan patokannya SMP," ujar Ikke.
Selain orang tua, guru-guru di sekolah juga harus paham MKM. Guru-guru lah yang akan menghadapi keseharian anak. Hampir sebagian waktu anak dihabiskan di sekolah. Ikke mengatakan, kondisi buruk saat menstruasi berdampak pada produktivitas anak di sekolah.
Beberapa anak bahkan malas berangkat ke sekolah saat menstruasi. Riset UNICEF tahun 2015 menemukan 1 dari 6 anak tidak masuk sekolah saat menstruasi. Penyebabnya adalah rendahnya sarana sanitasi yang layak di sekolah, minimnya akses informasi tentang cara mengelola kebersihan menstruasi, dan keterbatasan pengetahuan guru tentang MKM.
Ikke menilai Manajemen Kebersihan Mentruasi (MKM) ini perlu penggalakan. Ia berencana menggandeng fans untuk datang ke almamaternya, SD 03 Pagi Pademangan, Jakarta Utara, pada Hari MKM Sedunia tanggal 28 Mei 2017 mendatang, yang akan pertama kali diperingati di Indonesia. "Aku pengen coba datangi sekolahku untuk mensosialisasikan program-program MKM ini, sekalian sanitasinya," janji Ikke.