REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prinsip meminum kopi saat ini tampaknya sudah mulai bergeser. Masyarakat tidak lagi meminum kopi berdasarkan kebutuhan namun berganti menjadi gaya hidup. Hal inilah lantas yang dimanfaatkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mempopulerkan produk kopi lokal.
Bekraf saat ini berusaha mengubah paradigma kopi dari komoditas menjadi gaya hidup. Bekraf berusaha membuat kopi lokal menjadi raja di dalam negeri sendiri dan bisa bersaing di dunia internasional.
Caranya tak lain dengan memberikan jembatan agar bisnis kopi berkembang dari segi perbankan. Bekraf ingin memberikan informasi tentang permodalan dari perbankan bagi para pengusaha kopi.
"Bekraf siap memberikan pendampingan calon penerima dana agar siap mengelola keuangan dan menjadi salah satu instrumen coffe as a lifestyle," kata Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo dalam forum peningkatan kretifitas bisnis kopi dan permodalannya, Sabtu (3/4) di Jakarta.
Pada forum ini, bekraf mendorong usaha kreatif kuliner semisal roaster dab cafe, subsektor kriya melalui alat-alat seduh kopi manual, sub sektor desain melalui kemasan yang menarik, sub sektor aplikasi dan game developer yaitu menggunakan e-commerce untuk menjual kopi Indonesia.
"Bekraf berusaha meningkatkan potensi kopi lokal yang didukung dengan kreatifitas dalam pengolahannya melalui pembimbingan manajemen hingga permodalan bagi pengusaha kopi yang ingin meningkatkan udahanya," kata Fadjar.
Pakar Kopi, Daroe Hanjono menyambut baik program bekraf tersebut. Dia mengaku senang kopi menjadi fokus pemerintah. Dia mengatakan, sebenarnya peluang untuk menjadi pengusaha kopi sangat besar di Indonesia. Dia optimis jika lima tahun kedepan usaha kopi meningkat maka kopi akan lebih mudah didapat baik pemesanan online maupun menjamurnya kedai kopi di Indonesia.
"Tantangan yang harus dihadapi pengusaha kopi adalah kontinuitas pasokan dan stabilitas mutu," katanya.