Kamis 02 Mar 2017 17:27 WIB

Menanti Potensi Wisata Atambua

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Yudha Manggala P Putra
Wilayah Atambua menuju Desa Looluna, Belu, NTT, Jumat (5/7).
Foto: Antara
Wilayah Atambua menuju Desa Looluna, Belu, NTT, Jumat (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementrian pariwisata (kemenpar) tengah menggenjot wisata tapal batas atau yang populer disebut Crossborder Tourism (CBT). Salah satu lokasi yang menjadi andalan adalah perbatasan Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Timor Leste di Atambua.

Kesuksesan festival crossborder tahun lalu tidak ingin ditingalkan pemerintah untuk tahun ini. Pengembangan pariwisata pun terus dilakukan agar wisatawan lebih sering datang ke Indonesia dan lebih lama menghabiskan waktu di nusantara.

Kemenparpun lantas mengadakan sejumlah kegiatan agar Atambua terus memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara. Selain kegiatan budaya, sejumlah aktivitas mulai dari konser hingga motor cross dilaksanakan di tiga pintu masuk.

Secara keseluruhan, ada tiga pos lintas batas di NTT yang bersinggungan langsung dengan Timor Leste. Tiga perbtasan itu adalah Mota'ain di Kabupaten Belu, Motamasin di Kabupaten Malaka dan Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

"Nah kegiatan itu semua akan dilakukan di tiga pos perbatasan tersebut," kata Kepala Bidang Promosi Wusata Buatan Kemenpar, Ni Putu Gayatri di Jakarta, Rabu (2/3).

Potensi yang dimiliki Atambua terkait CBT bisa dibilang cukup besar. Ini terlihat dari jumlah kedatangan wisatawan sekitar 43.000 orang pada 2016 kemarin.

Gayatri mengatakan, masyarakat Atambua dan Timor Leste menyambut positif kegiatan yang dilakukan pemerintah Indonesia sepanjang tahun. Melihat apresiasi tersebut kemenpar lantas menarget sekitar 150 ribu orang bakal masuk ke Indonesia tahun ini. "Jumlah itu kita sasar untuk wisatawan mancanegara khususnya dari Timor Leste," kata Gayatri.

Salah satu acara yang kerap mendapat perhatian masyarakat adalah kebudayaan yang menandakan masuknya katolik di Atambua. Warga dari kedua negara merayakan dengan mengadakan arak-arakan perahu di laut.

Kegiatan budaya ini, Gayatri mengatakan, rutin diadakan setiap satu tahun sekali sekitar bulan Juni. Acara tersebut sukses menarik perhatian wisatawan dari Timor Leste karena memang ini merupakan kebudayaan yang melibatkan kedua negara. "Tapi balik lagi kegaitan budaya itu hanya sebagai pemicu untuk mendatangkan wisatawan," katanya.

Gayatri mengatakan, wisata alam yang tersimpan di Atambua juga menjadi pemicu datangnya wisatawan ke daerah tersebut. Sebut saja Air Terjun Mauhalek, Benteng Lapis Tujuh Makes, Kolam Susuk, Pantai Pasir Putih, Teluk Gurita sampai Lembah Fulan Fehan. "Ini semua menjadi daya tarik bagi wisatawan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement