REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sajian kuliner olahan ikan seperti pempek dan tekwan, lempah kuning, lakso, pantiaw, mie koba (Bakmi Bangka), sambel lengkong, rusip dan masih banyak lagi tampak menggugah selera saat disajikan di meja segi empat berukuran 120 sentimeter x 80 sentimeter.
Meskipun hanya ada lima meja yang menyajikan santapan khas kuliner Bangka Belitung, bazar makanan dalam acara pagelaran promosi budaya Provinsi Bangka Belitung di Anjungan Babel Taman Mini Indonesia Indah itu tetap mencuri perhatian para pengunjung anjungan.
Rasa rindu dengan cita rasa olahan ikan khas Babel tentunya menjadi pengobat rindu para masyarakat Babel yang merantau di Ibu Kota.
Tria salah satu pengunjung anjungan mengaku sangat menyukai olahan ikan yang disajikan di bazar tersebut. "Rasa dari lakso ini mengingatkan saya dengan kampung halaman di Bangka," ungkap Tria kepada Republika, Ahad (26/2).
Tria berharap acara pagelaran seni budaya serta kuliner bisa terus dilakukan untuk sekadar mengobati kerinduan terhadap kampung halaman. "Apalagi tadi makan lakso diiringi musik dambus, makinlah berasa seperti di kampung," tuturnya.
Sekertaris Daerah Bangka Belitung, Yan Megawandi mengatakan, dalam rangka mempromosikan pariwisata Babel, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung bekerja sama dengan Badan Penghubung Provinsi Babel akan secara rutin menyelenggarakan pameran kuliner dan budaya di Anjungan Babel Taman Mini Indonesia Indah (TMII) setiap bulannya.
"Kami kan ada tujuh Kabupaten dan Kota nanti setiap bulannya ada jadwal yang disesuaikan di akhir pekan untuk gelaran budaya dan kuliner," ujar Yan.
Karena, sambung Yan, anjungan Dari Provinsi Babel merupakan salah satu tempat promosi wisata dan bisa menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Babel di Ibu Kota. "Ke depannya orang Babel di Jabodetabek nanti kumpul di sini. Ibu-ibu ikan nanti kumpulnya makan, nah makanya kami akan buatkan bazzar makanan," jelasnya.
Yan pun berharap Sekertariat Negara bisa memberikan lahan yang lebih luas untuk Provinsi Babel. Karena saat ini, anjungan yang ditempati oleh Provinsi Babel sangatlah minim dalam hal luas.
Adapun, anjungan dari Provinsi Babel sendiri berbentuk rumah masyarakat Melayu pada umumnya dengan atap yang diberi hiasan-hiasan ukiran bercorak lada putih sebagai salah satu hasil bumi kebanggaan masyarakat Bangka Belitung.
Kebudayaan melayu yang sangat kental dimana penduduk asli Provinsi Bangka Belitung disebut juga Suku Melayu Bangka Belitung sangat terasa di anjungan tersebut.
Beberapa miniatur Perahu Jong atau 'Jong dan Ancak' cukup banyak menarik perhatian pengunjung. Untuk para nelayan Bangka Belitung, perahu yang dipergunakan adalah perahu tradisional yang bernama Perahu Kater.
Kerajinan tangan dari rotan juga ditampilkan seperti senggung (alat penangkap ikan), tampi padi (alat menampi padi/beras), suyak (tudung saji khas bangka belitung), Kerajinan Akar Bahar, dan kopiah resam yaitu topi/kopiah anyaman khas Babel.
Selain itu terdapat pula beduk serta kain cual yakni kain tenun khas kebanggaan masyarakat Bangka Belitung yang dibuat seperti kerajinan songket namun mengambil motif tenun ikat dengan bahan sutera dan emas. Menurut Yan, dahulu kala setiap gadis di Babel harus bisa menenun kain cual baru bisa memasuki jenjang pernikahan.
"Jadi seperti menjadi syarat, karena menenun kain cual dibutuhkan kesabaran yang tinggi," jelas Yan.