Senin 16 Jan 2017 09:33 WIB

Ikan Bandeng Perlambang Doa Imlek

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Indira Rezkisari
Penjual melayani pembeli ikan bandeng di Rawa Belong, Jakarta. Menjelang Perayaan Imlek pedagang bandeng musiman mulai menjamur.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Penjual melayani pembeli ikan bandeng di Rawa Belong, Jakarta. Menjelang Perayaan Imlek pedagang bandeng musiman mulai menjamur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi kaum Tionghoa, Imlek bukan sekedar perayaan tahun baru. Perayaan Imlek sama dengan merayakan waktu penuh harapan dan doa-doa untuk menjalani tahun berikutnya.

Biasanya, doa-doa tersebut direfleksikan ke dalam bentuk makanan. Salah satu makanan yang tak pernah terlewat adalah pindang bandeng. Kehadiran pindang bandeng seakan menjadi hal wajib yang tak bisa tertinggal.

Hal ini dirasa wajar mengingat penyajian bandeng saat Imlek harus utuh dan tidak boleh separuh. Sebagaimana ikan lainnya, keutuhan bandeng saat dipindang menyimbolkan pekerjaan manusia yang lebih baik tidak setengah-setengah.

"Nah soal ikan semua harus disajikan satu ekor, karena banyak orang kerja suka berhenti si tengah jalan. Nah, ikan nggak pernah mundur dia nggak pernah menubruk juga," kata pakar kuliner Indonesia, Willian Wirjaatmadja Wongso, beberapa waktu lalu, ditemui di perayaan Imlek Mal Ciputra Jakarta.

Pindang bandeng juga mengisyaratkan kehidupan ikan yang licin. Adanya sajian tersebut, mengharapkan usaha yang dilakukan bakal berjalan lancar dan terus melaju penuh keberuntungan.

"Kebanyakan kuiner saat Imlek intinya adalah meminta supaya hoki bertambah," katanya.

William mengatakan, perayaan Imlek biasanya memang diwarnai dengan berbagai jenis kuliner. Ini untuk menunjukan keberuntungan yang didapat sepanjang tahun sekaligus berharap hoki lebih besar di tahun selanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement