Kamis 05 Jan 2017 17:15 WIB

5 Kebiasaan yang Membuat Bangkrut

Kondisi bangkrut
Foto: Flickr
Kondisi bangkrut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kondisi keuangan dibentuk oleh kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Baik kebiasaan kecil maupun besar, akan berpengaruh pada kehidupan keuangan Anda. Bila memupuk kebiasaan yang positif, maka akan membentuk kehidupan keuangan yang baik. Sebaliknya, kebiasaan negatif akan membawa akibat buruk bagi kondisi keuangan dan bahkan berakibat kebangkrutan.

Untuk mencegah hal tersebut, Anda perlu mengetahui kebiasaan yang dapat membuat bangkrut dan sebisa mungkin menghindarinya. Berikut ulasan selengkapnya.

Membawa terlalu banyak uang tunai

Membawa terlalu banyak uang tunai memberikan ada perasaan tambahan bahwa kondisi keuangan Anda sedang berlebih, sehingga membuat Anda cenderung ceroboh dalam membelanjakan uang. Ada rasa puas bila sudah membelanjakan uang tersebut, meskipun sebenarnya barang yang dibeli belum tentu benar-benar dibutuhkan. Kebiasaan ini akan menyulitkan Anda untuk menabung dan mungkin tidak mampu membayar tagihan yang muncul di akhir bulan sehingga berisiko membuat Anda bangkrut.

Melakukan window shopping

Awalnya tujuan window shopping memang hanya untuk melihat-lihat, menyegarkan mata dan juga mungkin pikiran di tengah menumpuknya pekerjaan. Namun dari hanya sekadar melihat-lihat, sering terjadi orang mulai tergoda apalagi bila ada berbagai tawaran menarik seperti promo atau diskon khusus. Ujungnya, Anda pun bisa tergoda untuk mengeluarkan uang untuk berbelanja. Bila tidak membawa uang tunai, Anda mungkin menggunakan kartu kredit sehingga harus menghadapi tagihan di akhir bulan.

Berbelanja secara emosional

Banyak orang yang menggunakan kegiatan belanja sebagai sarana meluapkan emosi, sehingga ketika merasa emosional baik saat sedih atau gembira, bisa saja melakukan kegiatan belanja yang sebenarnya tidak diperlukan. Tentu saja berbelanja karena alasan ini merupakan alasan yang sangat buruk, sehingga penting untuk tetap tenang dan mencari kegiatan lain ketimbang berbelanja. Pilihlah kegiatan lain seperti olahraga atau berbincang dengan teman atau keluarga sebagai sarana pelepasan emosi atau ekspresi diri.

Berbelanja secara emosional juga dapat terjadi bila Anda hanya berbelanja untuk memenuhi rasa gengsi semata atau tidak mau kalah dengan lingkungan pergaulan. Misalnya Anda melihat teman sering berganti motor baru, maka Anda juga terdorong untuk ikut-ikutan membeli motor baru. Berbelanja secara emosional juga termasuk berbelanja secara impulsif. Artinya, Anda sebenarnya tidak berencana berbelanja tetapi karena melihat promo atau ditawari oleh petugas pemasaran, Anda menjadi tergoda dan ingin membeli barang tersebut.

Tidak merencanakan pengeluaran

Banyak orang yang suka berbelanja, namun tidak membuat perencanaan pengeluaran. Tanpa adanya perencanaan pengeluaran, akan sulit untuk membuat penghitungan dan alokasi yang sesuai. Akibatnya, sering terjadi kondisi uang tidak cukup dan bila hal tersebut terjadi pada pos-pos yang menjadi kebutuhan wajib misalnya membayar kontrakan, maka akhirnya berutang pun menjadi alternatif yang dipilih. Hal inilah yang dapat membawa orang pada kebangkrutan.

Buatlah perencanaan pengeluaran dengan sederhana, yang dimulai dengan memeriksa seluruh pos pengeluaran Anda. Selanjutnya, alokasikan terlebih dulu dana untuk kebutuhan tetap seperti biaya menyewa rumah, air, listrik, kebutuhan sekolah anak, dan makanan. Selanjutnya, baru alokasikan dana untuk pos-pos lain seperti dana hiburan. Dengan demikian Anda dapat mengetahui berapa sisa dana di luar kebutuhan tetap. Anda pun akan mudah untuk menjaga agar tidak melakukan pembelanjaan yang tidak perlu. Bila ternyata pengeluaran melebihi pemasukan, tentu merupakan indikasi yang kurang baik dan Anda perlu mencari cara mengurangi pengeluaran dengan melakukan penghematan.

Mengumpulkan kupon diskon

Sepintas, mengumpulkan kupon diskon mungkin merupakan cara untuk menghemat pengeluaran. Namun perlu diperhatikan bahwa mengumpulkan kupon diskon juga mendorong Anda untuk melakukan pembelanjaan yang tidak perlu. Pembelanjaan tersebut terutama bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk dapat memanfaatkan kupon diskon semata. Hal ini malah akan membuat Anda mengeluarkan dana yang tidak perlu dan mengganggu alokasi dana untuk pos lainnya

Cukup banyak kebiasaan yang dapat membuat bangkrut. Ingat untuk mengubah kebiasaan, memang tidak mudah namun dapat Anda mulai dari hal-hal kecil terlebih dulu.

Artikel ini merupakan kerjasama antara Republika.co.id dengan Cermati.com, portal pembanding produk keuangan Indonesia

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement