REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mungkin sudah tahu bahwa genetik anak diturunkan dari orang tuanya. Kecerdasan intelektual (IQ) anak juga bergantung pada nutrisi makanan, perlindungan dari racun, aktivitas bermain, berolah raga.
Bisakah IQ ditingkatkan? Sejak sebelum lahir hingga usia empat tahun, perkembangan otak bayi sangat dahsyat. Sayangnya pengetahuan tentang awal pertumbuhan otak telah banyak membuat orang tua risau dengan IQ anaknya, sehingga mereka mendorong anak-anak masuk kelas prasekolah.
"Banyak orang tua percaya jika anak-anak mereka belajar dan pintar lebih awal, mereka akan semakin pintar. Padahal, banyak anak belajar secara alami memang menunjukkan perlambatan di awal, namun semakin cepat bahkan semakin pintar di sekolah dasar dan jenjang pendidikan berikutnya," kata profesor psikologi dari University of California, Ross A Thompson, dilansir dari Web MD, Senin (28/11).
Bayi juga tak butuh mainan mewah, cukup mainan kecil namun kaya tekstur dan warna untuk merangsang kecerdasan intelektualnya. Tapi itu tidak harus dikandung satu jenis mainan saja. Profesor psikologi dan spesialis kognisi bayi, Lisa Oakes mengatakan bayi lebih tertarik belajar dari efek yang dihasilkan mainan tersebut.
"Jadi, bayi tidak perlu gadget mahal, cukup peluit atau mainan bergemerincing untuk belajar. Bayi juga belajar banyak dari reaksi orang tua," kata Oakes.
Profesor psikologi dari Stanford University memelajari kunci lain untuk membangun kecerdasan anak. Melalui 20 tahun penelitian dia menemukan perbedaan pola pikir anak yang memengaruhi motivasi mereka untuk belajar dan akhirnya menentukan prestasi di sekolah.
Anak-anak dengan pemikiran maju dan tertarik dengan tantangan, meski mereka gagal di awal. Anak-anak ini akan mencoba cara berbeda untuk mengatasi kegagalan tersebut. Mereka akan belajar lebih keras lagi untuk mendapatkan hasil terbaik, misalnya nilai tinggi dalam ujian.
Anak-anak dengan pemikiran biasa saja akan malas belajar. Mereka bahkan tak segan berlaku curang dalam ujian. Dweck kemudian mulai mengajari anak-anak tersebut bahwa otak itu sama halnya dengan otot. Otot akan semakin kuat jika dilatih terus. Sama halnya dengan otak yang jika dilatih akan terus membuat koneksi baru, merangsang kepintaran dari waktu ke waktu. Kelompok siswa ini dalam dua kemudian berubah menjadi golongan dengan pemikiran berkembang.
Dweck menyimpulkan orang tua zaman sekarang terlalu banyak menekan anak. Ia menyarankan orang tua banyak memuji anak, namun tidak sekadar pujian atas nilai baik. "Pujian atas proses, usaha anak, dan strategi mereka juga perlu. Fokus pada proses belajar, bukan hanya nilai," katanya.