REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Hafil, Wartawan Republika.co.id
“Bang, ada tarsius sekarang di hutan Pelawan.” Begitu bunyi pesan singkat yang diterima oleh Syahputra, pemerhati lingkungan di Kabupaten Bangka Tengah dari seorang warga.
Langsung saja Syahputra meluncur ke hutan Pelawan di Desa Namang. Pria yang bekerja sebagai PNS di Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Tengah ini pun berburu foto tarsius di hutan tersebut.
Kisah itu diceritakan oleh Syahputra kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu di hutan Pelawan, Bangka Tengah. Dia memang sangat antusias dengan tarsius di Pulau Bangka. Latar pendidikannya di fakultas kehutanan UGM mendukungnya untuk mengetahui banyak hal tentang tarsius.
Selama empat tahun terakhir, Syahputra baru berhasil menemui tarsius sebanyak tiga kali. Dua diantaranya di hutan Pelawan, Bangka Tengah. Dan ketiganya itu selalu berhasil dia foto. Anehnya, dia tak pernah berhasil menemui tarsius jika sedang sengaja mencarinya di hutan. Pertemuannya selalu saat dia sedang di luar hutan.
“Ya, seperti kasus tadi itu, ada seorang warga yang melihat tarsius di hutan lalu saya diberitahu dan akhirnya saya kesana untuk foto-foto,” kata Syahputra.
Di hutan Pelawan dia mengambil fotonya saat malam hari. Sebagaimana diketahui, tarsius adalah hewan nocturnal yang bergerak di malam hari. Di siang hari tarsius tidur dan sulit mengambil gambarnya karena dia bersembunyi di balik dedaunan apalagi tubuh primata ini hanya segenggam kepalan tangan.
Ada beberapa hal yang membuat sulitnya menemukan tarsius. Pertama, satu ekor tarsius membutuhkan daerah teritorial seluas 2-3 hektare. Jika musim kawin, satu daerah bisa memiliki satu pasang tarsius. Tetapi, setelah musim kawin berlalu yang jantan pergi lagi mencari daerah baru. “Itulah sulitnya mencari tarsius di alam liar,” kata Syahputra.
Penyebab sulit lainnya adalah karena pengaruh habitat. Tarsius tidak mau hidup di hutan yang pohonnya besar-besar. Mereka cenderung memilih hutan yang memiliki pohon-pohon kecil sebagai tempat tidur mereka seperti di hutan Pelawan ini.
Karena itu, jika hutan pelawan saat ini memiliki luas 300 hektare, diperkirakan ada 150 hektare tarsius yang berada di hutan ini. Namun, jumlah itu juga belum pasti Karena belum ada penelitian mengenai jumlah tarsius di hutan Pelawan ini.
Hal tersebut karena penelitian tarsius memiliki banyak kendala. Yakni, sulitnya menemukan tarsius dan eksplorasi hutan yang biayanya tidak sedikit.
Tarsius yang ada di Pulau Bangka, termasuk di hutan Pelawan ini bernama tarsius bangkanus. Ini adalah satu dari tiga jenis tarsius yang ada di dunia. Yakni, tarsius tersier di Sulawesi, dan satu jenis lagi di Filipina.