REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua biasanya melarang anak ikut-ikutan masak didapur. Padahal ikut memasak di dapur memiliki banyak manfaat untuk anak. Salah satunya anak bisa lebih semangat makan bila dilibatkan dalam proses tersebut. Hal ini diungkapkan oleh psikolog Rini Hildayani dalam acara Nestle Healthy Kids - Internayional Chefs Day 2016: Art on a Plate di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, mengenalkan anak mengenai makanan sehat dengan melibatkannya memasak bersama mulai dari usia dini akan membentuk suatu pembiasaan tingkah laku memakan makanan sehat. Pembiasaan itu bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu singkat, instan. Ketika dimulai dari usia dini dampak akan lebih terasa. Anak akan terinternalisasi harus punya kebiasaan makan makanan sehat.
Ia menjelaskan orang tua perlu melibatkan anak dalam menyiapkan makanan, mulai dari menyiapkan bahan, hingga penyajiannya. Alasannya dari beberapa penelelitian memang ada pengaruhnya terkait keterlibatan anak dalam kegiatan memasak mulai dari menyikapkan sampai proses penyajian. Ini akan memberi pengaruh pada kebiasaan dan tingkah laku makanan sehat pada anak.
Ia mengungkapkan dalam suatu penelitian di suatu sekolah, anak diajak memasak dengan bantuan orang tua. Sedangkan studi kedua hanya orang tua yang memasak.
Setelah masakan selesai dan jadi, anak-anak dari kelompok yang ikut memasak dengan bantuan orang tua, mereka lebih mau makan. Padahal di salah satu menunya ada salad. Mereka jadi lebih bersemangat makan salad atau sayurnya. Bahkan lebih banyak makan sayurnya.
Menurutnya, bagaimana keterlibatan anak dalam suatu kegiatan dapat membantu membangun kebiasaan mereka sepert ikut dalam proses memasak untuk mendorong mereka mengadopsi pola makan sehat. "Dengan mengenal beragam bahan makanan dan memahami zat gizi bahan-bahan tersebut, kemungkinan anak tumbuh menjadi picky eater atau suka memilih-milih makanan akan berkurang. Proses pembelajaran ini akan menjadi semakin efektif apabila sang anak menikmati proses tersebut," ujarnya.