REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap motif batik memiliki cerita dan filosofinya tersendiri. Begitu pula dengan motif batik rancangan Iwet Ramadhan yang dipersembahkannya untuk para perempuan penderita kanker.
Ditemui usai konferensi pers fashion show karya terbarunya "I'm Still a Woman", di Jakarta Fashion Week 2017, Ahad (23/10), Iwet mengatakan koleksi bajunya kali ini menggunakan motif parang kembang ginkgo. Penggunaan motif tersebut menurutnya bukan tanpa makna.
Motif parang menurut Iwet merupakan simbol kekuatan, kekuasaan dan keagungan. Parang yang digunakan kali ini pun berbeda yakni parang tegak.
Kemudian Iwet mengkombinasikannya dengan motif kembang ginkgo. Kembang ginkgo ini biasanya digunakan sebagai pendamping saat penderita kanker melakukan kemoterapi.
"Motif parang kembang ginkgo ini merupakan interpretasi aku terhadap kekuatan perempuan, bagaimana mereka menghadapi hidup agar tetap kuat. Terutama perempuan-perempuan pengidap kanker payudara," ujar pria 35 tahun tersebut.
Iwet mengaku butuh waktu delapan bulan untuk menciptakan motif tersebut. Ia juga menghabiskan waktu tiga bulan dari workshop hingga menjadi kain.
Untuk karya busananya, Iwet bekerja sama dengan seorang kawannya mengaku sengaja mengkombinasikan batiknya antara batik tulis dan cap kombinasi. Busananya dibuat dengan model patch work agar harganya terjangkau. "Sengaja kami buat patch work karena kalau semuanya batik harganya akan sangat mahal," kata Iwet.
Untuk pagelaran busananya itu Iwet akan memamerkan 30 tampilan dengan koleksi sebanyak 70 buah. Karyanya tak hanya dibawakan model profesional tapi juga para perempuan pejuang kanker dan suporter kanker.