REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kejutan menarik datang dari penganugerahan Nobel 2016. Mata panitia Nobel untuk pertama kalinya melirik musisi sebagai pemenang penghargaan kategori sastra. "Waktu telah berubah, the times they are changing," kata salah satu anggota tetap panitia Nobel, Sara Danius. Seperti dilansir the New York Times, Kamis (13/10), Sara menjelaskan panitia Nobel menganggap lirik lagu sebagai sastra lisan dan Bob Dylan termasuk sastrawan lisan kawakan yang pantas menerima Nobel Sastra.
Bob Dylan lahir pada 24 Mei 1941 di Duluth, Minnesota, AS. Dia mulai menggeluti dunia tarik suara sejak bergabung dengan sebuah grup band pada usia remaja.
Sebagai penyanyi dan penulis lirik lagu, Bob Dylan dipengaruhi musisi folk Woody Guthria, aliran Beat Generation, dan beberapa penyair modernis.
Pindah ke New York, Amerika Serikat pada 1961, Bob Dylan bermain musik di sejumlah kafe di Greenwich Vollage. Tahun berikutnya, ia menandatangani kontrak dengan produser rekaman John Hammond untuk album pertamanya yang self titled, Bob Dylan (1962).
Bob Dylan merupakan orang Amerika Serikat berikutnya yang mendapatkan Nobel Sastra setelah novelis perempuan kulit hitam, Toni Morrison, yang dianugerahi hadiah itu pada 1993.
Akademi Swedia menyebut beberapa karya Bob Dylan yang dianggap bermutu tinggi lantaran “memiliki dampak yang luar biasa besar bagi musik populer”.
“Bringing It All Back Home” dan “Highway 61 Revisited” (1965), “Blonde On Blonde” (1966), dan “Blood on the Tracks” (1975) termasuk karyanya yang mendapat acungan jempol. Demikian juga dengan “Oh Mercy” (1989), “Time Out of Mind” (1997), “Love and Theft” (2001), dan “Modern Times” (2006).