REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai salah satu negara produsen kopi terbesar dunia, Indonesia dinilai belum memiliki tingkat konsumsi kopi yang sepadan. Hal tersebut disampaikan oleh Ve Handojo, salah satu pendiri A Bunch of Caffeine Dealers (ABCD) School of Coffee.
"Spending will konsumen Indonesia terhadap kopi belum setinggi di Singapura atau negara lain," ujar Ve.
Ia menengarai, penyebabnya adalah pemahaman mengenai kopi yang belum membumi. Salah satunya, mitos bahwa kopi tidak sesehat minuman lain seperti teh walaupun keduanya sama-sama mengandung kafein.
Meski gerai kopi yang kini menjamur tampak ramai, kata Ve, belum tentu juga para pelanggannya memesan menu kopi. Menurut ia, banyak orang mengaku sebagai pecinta kopi tetapi sesungguhnya adalah pecinta kafe.
Ve tidak menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang negatif. Paling tidak, kata ia, konsumen sudah berdatangan ke gerai kopi dan pemilik gerai bisa perlahan-lahan meningkatkan konsumsi kopi.
Ia menyebutkan, menyebarkan pemahaman mengenai kopi itu merupakan misi ABCD School of Coffee. Terkini, sekolah kopi yang berdiri sejak Agustus 2014 itu menggagas penyelenggaraan Jakarta Coffee Week 2016 bersama perusahaan kreatif HYPE di Pantai Indah Kapuk, 15-16 Oktober 2016.
Puluhan stan akan memadati helatan perdana yang menargetkan hingga delapan ribu pengunjung tersebut. Ve menjelaskan, Jacoweek 2016 juga diisi dengan workshop dan kegiatan lain untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kopi.
"Banyak penjelasan soal kopi di stan-stan, pengunjung bisa cupping atau mencicipi sendiri berbagai jenis kopi sehingga akan terjadi dialog dan edukasi," kata dia.