REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Anda kangen permen Davos? Telur cicak, gulali kacang, sagon? Generasi 80-90 an pasti akrab dengan jajanan baheula (zaman dulu) yang sekarang mulai susah ditemukan itu. Sampai 20 Oktober mendatang, Anda bisa mengelumuti gulali kacang sembari bernostalgia di Festival Kuliner Bekasi, Summarecon Mall Bekasi.
Terletak di samping kiri tak jauh dari pintu masuk Festival Kuliner Bekasi, gerobak jajanan baheula "Djava Oenik" menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung. Gerobak ini menyajikan beragam jajanan unik dari dekade 1980 dan 1990-an yang kini sudah mulai langka di toko dan supermarket.
Owner Djava Oenik, Kang Dede Wiratmadinata (46), mengatakan, Djava Oenik mengusung konsep makanan atau jajanan tradisional. Terdapat lebih dari 60 item jajanan baheula yang dipamerkan di Festival Kuliner Bekasi. Jajanan yang paling populer, antara lain sagon, gulali kacang, ampyang, teng-teng, dan sebagainya.
"Kita konsepnya memang mengusung jajanan tempo dulu. Kita punya misi jangan sampai jajanan kita yang sudah unik-unik ini punah di tengah jalan. Tergerus oleh makanan dari luar," kata Kang Dede saat berbincang dengan Republika.co.id, Jumat (9/9) malam.
Menurut dia, anak-anak zaman sekarang banyak yang sudah tidak mengenal jajanan tradisional. Anak muda lebih akrab dengan jajanan luar negeri akibat pengaruh globalisasi dan arus tayangan televisi. Jangan sampai, kata Kang Dede, orang tuanya juga melupakan makanan masa kecil yang unik ini.
"Kebanyakan mereka yang orang 70-an itu berkenang-kenang atau bernostalgia dengan jajanan ini. Jadi kita mempopulerkan kembali lah istilahnya," tutur Kang Dede dengan nada renyah. Sebagai jajanan rakyat, harga yang ditawarkan sangat merakyat. Pengunjung bisa membawa pulang jajanam dengan harga mulai dari Rp 1000 sampai Rp 25 ribu.
Jajanan baheula zaman sekarang sudah susah dicari. Kang Dede menuturkan, ada yang dia harus membuat sendiri untuk menghadirkan jajanan ini. Namun, itu terbatas pada kue-kue tradisional. Untuk jajanan pabrikan, Kang Dede biasanya disuplai atau mencari ke luar kota. "Kadang kita keluar juga sampai ke Purwokerto, daerah-daerah Jawa," imbuh lelaki 46 tahun itu.
Selain Djava Oenik, kata Kang Dede, mereka mempunyai rumpun jajanan "oenik-oenik" yang lain, seperti Sunda Oenik. Dulu, Djava Oenik sempat mempunyai galeri khusus di salah satu mall di Bandung, Jawa Barat. Namun, kini mereka lebih banyak bermain di event-event Jabodetabek. Merasa sudah cukup tua untuk bernostalgia, silakan datang!