Senin 29 Aug 2016 13:09 WIB

Mengarak Dongdang, Mengistimewakan Padi

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Warga mengikuti prosesi upacara Seren Taun di Kesepuhan Cisungsang, Lebak, Banten, Minggu (28/8). Tradisi adat seren taun yang merupakan warisan budaya kesatuan adat Banten kidul tersebut merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya
Foto: Republika/Prayogi
Warga mengikuti prosesi upacara Seren Taun di Kesepuhan Cisungsang, Lebak, Banten, Minggu (28/8). Tradisi adat seren taun yang merupakan warisan budaya kesatuan adat Banten kidul tersebut merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas melimpahnya

REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Padi memiliki makna luar biasa bagi warga Kasepuhan Cisungsang di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Masyarakat adat tersebut menganggap padi sebagai simbol kemakmuran.

Pentingnya posisi tersebut lantas dituangkan dalam ritual Seren Taun yang merupakan bentuk syukur atas panen padi yang melimpah. Kepala Adat Kasepuhan Cisungsang, Abah Usep Suyatma Sr menyebutkan, Seren Taun telah dilakukan selama lebih dari 700 tahun.

"Ada arak-arakan yang mengimplementasikan kegiatan sehari-hari. Padi yang usai dipanen, dipikul secara bergotong-royong, kemudian disimpan dalam leuit atau lumbung," ujar Abah Usep.

Usep menjelaskan, rangkaian acara Seren Taun berlangsung terpusat di Kompleks Kasepuhan Cisungsang selama sepekan (22/8-29/8) dan tidak semuanya terbuka untuk umum. Namun, hampir semua rangkaian acara memperlihatkan krusialnya padi terhadap kehidupan warga.

Pada rangkaian upacara Ahad (28/8), misalnya, warga mengarak dongdang yakni dua ikat padi yang dibungkus kain dan dihias dengan bebungaan serta tusukan uang. Selain dongdang, padi yang dikumpulkan ke leuit kasepuhan pada Seren Taun 2016 antara lain 1.500 pocong (ikatan) dari Abah Usep dan 700 pocong dari incu-putu (anak cucu).

Sekretaris Kasepuhan Cisungsang, Henriana Hatra menyampaikan, dongdang adalah simbol Dewi Sri, sosok perempuan yang sangat dihormati. Karena itu, peletakan padi ke lumbung dilakukan selayaknya mengembalikan Dewi Sri ke rumahnya.

Ada tata cara khusus yang seolah bisa 'membuatnya senang' terlebih dahulu. Henri menjelaskan, para petugas upacara adat berjalan membawa dongdang dalam iring-iringan yang disebut aleutan.

"Di belakang dongdang, ada barisan para dayang yang diikuti pemain angklung buhun dan pembawa rengkong. Saat memasukkan padi ke lumbung, ada permainan kecapi dan pembacaan syair puji-pujian yang menceritakan keistimewaan padi," tutur pria 43 tahun itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement