Senin 29 Aug 2016 08:56 WIB

Hawaii Larang Wisawatan Berenang dengan Lumba-Lumba

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Lumba-lumba di perairan Hawaii.
Foto: EPA
Lumba-lumba di perairan Hawaii.

REPUBLIKA.CO.ID, Hewan mamalia, lumba-lumba, acap menjadi daya tarik tertentu bagi para turis terutama perenang yang mengunjungi Hawaii, Amerika Serikat (AS).  Namun sayangnya, pemerintah setempat jutsru berencana melarang para turis berenang bersama mamalia laut cerdas ini.

Seperti dikutip laman Malay Mail Online, Senin (29/8), pemerintah terpaksa melakukannya mengingat dampak yang diterima hewan ini. Pemerintah Federasi AS menilai, kegiatan berenang bersama ini bisa mengganggu kebiasaan tidur makhluk noktunal ini. Dinas Kelautan Perikanan Nasional Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) akan melarang berenang dengan lumba-lumba spinner Hawaii. Atau setidaknya, tidak boleh mendekati binatang tersebut dalam jarak 45 meter.

Perwakilan Sumber Daya Perlindungan Perikanan (NOAA), Ann Garrett, menerangkan batasan mendekati ini ternyata mempengaruhi kunjungan yang memungkinkan wisatawan untuk berenang dengan mamalia laut ini. "Kami mengambil tindakan ini karena lumba-lumba spinner di Kepulauan Hawaii mengalami tekanan dari perenang dan pengguna laut lainnya,” kata Garet.

Menurut Garrett, mamalia ini sebenarnya memiliki kebiasaan berburu ikan, udang dan cumi di perairan dalam lepas saat malam hari. Kemudian mereka akan tidur di perairan dangkal pada siang hari.  Sementara dalam beberapa tahun terakhir, waktu istirahat mereka terganggu sehingga menimbulkan tekanan berat baginya.

Melihat situasi ini, Garrett khawatir timbul gangguan kronis negatif bagi lumba-lumba. Sehingga mempengaruhi kesehatan mamalia dan keberhasilan reproduksinya. Untuk itu, dia mencegah efek negatif jangka panjangnya dengan melindungi keberlanjutan kehidupan alaminya.

Pelarangan ini memang menimbulkan respons negatif masyarakat. Garrett pun mengaku agennya akan mempertimbangkan komentar publik tentang masalah ini selama 60 hari. Bahkan, akan mengadakan sejumlah pertemuan masyarakat pada September sebelum membuat keputusan akhir dalam waktu satu tahun.

(baca: 4 Daerah Wisata di Jepang yang Antimainstream)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement