Selasa 16 Aug 2016 14:00 WIB

Cerdas Finansial Bagi Pengusaha

Menjadi pengusaha
Foto:
Menjadi pengusaha

Sementara cerdas finansial dari sebutir telur adalah harga telur tersebut. Semakin hari semakin menurun.

Sebelum krisis moneter tahun ‘97-‘98 di Jakarta, rata-rata harga 1 kg telur Rp 2.000, ketika pasar modal di Amerika sempat ambruk tahun 2008, 1 kg telur berharga Rp 7.500 sampai Rp 8.000, hari ini harga telor 1 kg di kisaran Rp 21 ribu.

Jika tahun ‘95-‘96 Anda punya uang Rp 100 ribu maka Anda bisa mendapatkan 50 kg telor, tahun 2008 dengan uang yang sama, Rp 100 ribu Anda hanya dapat 12,5-13,3 kg, hari ini Anda dapat 4,6-5 Kg.

Uangnya sama, sama-sama Rp 100 ribu dan telornya pun sama, berbentuk bulat, tetapi kenapa yang kita dapatkan berbeda?

Itulah yang dinamakan inflasi, sementara jika kita bandingkan dengan dinar (uang emas) yang abad ke-7 bisa membeli 1 kambing, hari ini pun tetap bisa membeli 1 kambing dan dirham (uang perak) yang bisa membeli 1 ayam, tetap bisa membeli 1 ayam.

Hanya dalam konteks keuangan modern, emas dan perak hanya menjadi alat hedging (lindung nilai), tidak menjadi alat bayar lagi, kecuali dibeberapa komunitas seperti Wakala Nusantara dan Dinar First.

Setelah kita paham tentang dasar uang, masih kah kita akan menabung dalam mata uang rupiah secara jangka panjang?

Hal selanjutnya adalah strategi dalam mengelola uang, jika dalam dunia usaha kita harus memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha/perusahaan. Metodologinya adalah, yang pertama, Strategi Sejahtera (financial literacy) untuk keuangan perusahaan dan yang kedua adalah Strategi Hidup Sejahtera (money management) untuk keuangan pemilik perusahaan.

Buat financial literacy, akan kita bahas dalam artikel tersendiri, sekarang mari kita fokus terlebih dahulu dengan money management.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement