Kamis 04 Aug 2016 14:36 WIB

Lika-liku Restorasi Film Tiga Dara

Konferensi pers restorasi film klasik Tiga Dara dari format seluloid ke digital.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Konferensi pers restorasi film klasik Tiga Dara dari format seluloid ke digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Butuh waktu 17 bulan untuk bisa merestorasi film legendaris "Tiga Dara"  (1956) karya Usmar Ismail menjadi format 4K dengan suara lebih tajam, bersih dan detil lebih lengkap yang tak terlihat pada versi sebelumnya.

Awalnya inisiatif merestorasi film ini akan dilakukan oleh pemerintah Belanda melalui EYE Museum Amsterdam pada 2011. Namun, proses itu tertunda akibat krisis ekonomi di Eropa.

Restorasi akhirnya diambil alih oleh SA Films. Seluloid film "Tiga Dara", yang tadinya berada di Amsterdam, dikembalikan ke Indonesia.

"'Mengapa bukan orang Indonesia yang aktif mengamankan film kita sendiri?," papar Yoki P Soufyan dari SA Films retoris dalam konferensi pers di Jakarta.

Proses yang memakan dana sekitar Rp 3 miliar ini melibatkan dua orang Indonesia. Laboratorium L'immagine Ritrovata di Bologna, Italia, dipilih jadi pihak yang akan merestorasi fisik seluloid film.

"Bologna dipilih karena mereka sudah kenal dengan jamur dari negara tropis," ujarnya.

Itu adalah salah satu bentuk kerusakan fisik pada seluloid film. Dalam restorasi fisik, seluloid film "Tiga Dara" diperiksa dengan detil sebelum diperbaiki, misalnya apakah ada yang robek atau tergores. Ada juga kerusakan kimiawi di mana terdapat kristal-kristal debu yang umum terjadi bila seluloid disimpan di negara tropis.

Restorasi fisik "Tiga Dara" berlangsung selama delapan bulan. Debu dan kotoran di seluloid seperti sidik jari, bekas lem, bekas tekukan, hingga serangga yang menempel sebagian besar telah dibersihkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement