REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Wali Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh Suaidi Yahya mendorong pelaku usaha agar menciptakan produk makanan tradisional khas Aceh yang dapat menjadi ikon bagi daerah tersebut.
"Secara tradisional, makanan atau kuliner Aceh sudah sangat umum, seperti bolu Aceh (bhoi), keukarah, dodol, dan meusekat. Jenis-jenis makanan tersebut, hampir semua daerah di Aceh memilikinya, tinggal dikembangkan saja," katanya di Lhokseumawe, Selasa (2/8).
Suadi mengatakan, pelaku usaha kuliner tradisional di Aceh dan masyarakat pada umumnya agar dapat menciptakan atau mengembangkan jenis kuliner yang dapat menjadi ciri khas atau ikon bagi Kota Lhokseumawe.
"Sangat beragam jenis kuliner Aceh yang ada sekarang. Namun hampir semuanya sama pada setiap daerah di Aceh. Sekarang sangat kita harapkan kepada pelaku usaha kecil, ibu rumah tangga yang membuka usaha kue, agar dapat menciptakan sebuah jenis makanan yang dapat menjadi ikon bagi Kota Lhokseumawe," ungkap dia.
Dia mencontohkan, pada salah satu jenis tanaman liar yang banyak dijumpai di perbukitan di Lhokseumawe. Jenis tanaman dengan sebutan lokal 'buah temurui' ini sangat familiar di kalangan anak-anak. Karena bijinya selain dapat dijadikan mainan, juga dapat dimakan dengan rasa yang manis.
"Buah temurui tersebut, yang banyak dijumpai diperbukitan dalam wilayah Lhokseumawe, jika bisa diolah dengan sedemikian rupa sehingga memberikan rasa yang khas dan bisa dijadikan sebagai salah satu makanan ikon Kota Lhokseumawe," terang Suaidi.
Terhadap berbagai produk usaha kerajinan maupun kuliner khas Lhokseumawe, dipastikan akan mendapat tempat di pasaran. "Karena posisi strategis Kota Lhokseumawe sebagai kota jasa dan perdangangan dan juga pusat bisnis, merupakan sebuah peluang pasar terhadap berbagai jenis usaha kerajinan dan lain sebagainya," katanya.