REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama 12 tahun ia masih diliputi berbagai pikiran dan pertanyaan tentang siapa dirinya sebenarnya. Sampai akhirnya ia harus melakukan berbagai hal berbahaya demi meyakinkan diri tentang jati dirinya.
Jason Bourne tiba-tiba muncul kembali menghadapi ketidakstabilan dunia yang baru pertama kali ia temukan. Pada saat yang sama, program baru Iron Hand telah ditemukan untuk memburunya, saat ia masih mencoba menemukan kembali keping-keping puzzle keluarganya yang telah lama hilang.
Premis film yang dihadirkan dalam film terbaru yang diperankan Matt Damon sebagai Jason Bourne hadir untuk melengkapi sekuel film sebelumnya The Bourne Ultimatum.
Film bergenre action tersebut hadir dengan berbagai hal yang membuat para pecinta film ala Bourne kembali mengingat apa yang terjadi saat Matt Damon berperan menjadi Jason Bourne, yang merupakan agen CIA pada 2007 silam.
Film yang disutradarai Paul Greengrass itu memperlihatkan aksi Bourne dalam mengarungi hari-hari penuh perjuangan untuk menyingkap jati diri Bourne sebenarnya. Greengrass bersama penulis naskah Christopher Rouse mulai memproduksi film thriller aksi mata-mata Hollywood tersebut pada September 2015 lalu.
Produksi Universal Pictures itu menggaet para pemain sekaliber Matt Damon sebagai aktor utama yang juga telah menjadi Bourne semenjak sekuel film pertama muncul pada 2002 silam, aktor lain yang ikut menguntit adalah Tommy Lee Jones, Alicia Vikander, Vincent Cassel, Julia Stiles, dan Riz Ahmed, menjadi pemilik perusahaan media sosial Deep Dream yang menolak untuk terus dimanfaatkan Dewey dalam memajukan program terbaru miliknya.
Aktor kawakan, Tommy Lee Jones yang telah memegang enam penghargaan di bidang film Hollywood tersebut memiliki peran antagonis sebagai Robert Dewey, Direktur CIA yang berusaha membunuh Bourne dalam film. Jones ditemani Alicia Vikander sebagai Heather Lee, menjadi agen CIA yang ingin membawa kembali Bourne yang dianggap berbahaya bagi keberlangsungan program Iron Hand milik CIA.
Lawan main Damon dalam film, Asset yang diperankan Vincent Cassel, menjadi pembunuh bayaran dalam pengembangan program Iron Hand milik Robert Dewey untuk mengawasi semua orang Amerika, membuat ingatan Bourne berangsur-angsur kembali tentang pembunuh misterius ayahnya Richard Webb.
Vincent berperan penuh ketenangan ala pembunuh bayaran, tanpa panik dan terus melakukan taktik terorganisir yang terkoneksi langsung dengan pusat informasi CIA.
Film yang diproduseri Frank Marshall tersebut mengambil latar tempat diberbagai penjuru kota, seperti Clark County (Nevada), Paddington Station di London, Kreuzberg Berlin, Constitution Gardens Washington DC, Las Vegas Nevada, Woolwich London, dan Tenerife Island Las Vegas.
Di Amerika dan Kanada, film garapan Greengrass ini diproyeksikan meraup untung sebesar 50-60 juta dollar dalam minggu pertama tayang. Film thriller ini juga akan segera rilis di 46 teritori internasional, termasuk Australia, Brazil, Korea Selatan, Inggris, dan Irlandia.
Setelah penayangannya di London pada 11 Juli lalu, beberapa review telah mewarnai kualitas film sekuel The Bourne Ultimatum tersebut.
Berdasarkan data dari Rotten Tomatoes, film tersebut memiliki nilai sebesar 66 persen dari total 29 reviewer, dengan rata-rata penilaian 5.9/10.
Sementara menurut Metacritic, film yang diperankan Damon tersebut mendapat nilai 62 dari 100, berdasarkan 16 kritik yang mengindikasikan film tersebut umumnya cukup baik.