REPUBLIKA.CO.ID, SUMATRA BARAT -- Rabu (13/7) pagi, nagari Balingka sudah bergeliat. Warga desa di kaki Gunung Singgalang, Sumatra Barat itu hendak merayakan hari jadinya yang telah mencapai angka 100 tahun. Seabad lalu, desa yang terdiri dari dua nagari, yakni Koto Hilalang dan Pahambatan, Subarang, serta Sianok itu bersatu membentuk nagari Balingka.
Sebagai puncak perayaan, Balingka akan menyelenggarakan ritual pengangkatan datuk. Sehari sebelumnya, prosesi pengangkatan datuk dimulai dengan mengarak kerbau hias dan menyembelihnya. Dagingnya dijadikan untuk konsumsi warga desa.
"Melihat begitu banyaknya warga yang pulang dari rantau, kami sediakan tambahan seekor jawi (sapi)," ujar Ketua Umum Panitia Satu Abad Banagari (Sabana) Balingka, M Luthfie Hakim.
Ritual pengangkatan datuk terbagi dalam dua tahap, yakni medan nan bapaneh alias acara di luar ruang dan medan nan balinduang atau acara di dalam ruang.
Di medan nan bapaneh, para penghulu yang sudah menjabat (andiko) berkumpul dengan penghulu yang baru memerintah di level payung panji (kaum keluarga).
"Nanti ada empat penghulu payung panji yang dilantik dengan proses penyematan keris sebagai perlambang penyerahan amanat untuk dapat memerintah di kawasan nagari," jelas Luthfie, salah satu datuk yang akan mengikuti proses melewakan gala.