Rabu 29 Jun 2016 11:42 WIB

KPAI Bagi Tips Aman Gunakan ART Infal

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah calon pengasuh bayi (baby sitter) memperhatikan cara merawat bayi dan balita di Lembaga Pelatihan Kerja Tiara Citra, Kemang, Jakarta Selatan.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sejumlah calon pengasuh bayi (baby sitter) memperhatikan cara merawat bayi dan balita di Lembaga Pelatihan Kerja Tiara Citra, Kemang, Jakarta Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan jasa pembantu infal saat Hari Raya Idul Fitri biasanya cukup besar. Jika orang tua terpaksa mempekerjakan pembantu infal, maka tidak ada salahnya memperhatikan beberapa tips dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Pertama, pada saat merekrut pembantu infal, orang tua harus memastikan identitasnya secara jelas, termasuk latar belakang keahlian. Kedua, pembantu infal sebaiknya hanya menangani jenis pekerjaan yang tidak terkait dengan pengasuhan anak, misalnya mencuci, membersihkan rumah, dan sejenisnya. Sementara pekerjaan yang terkait dengan pengasuhan anak tetap dipegang langsung oleh orang tua dan keluarga.

"Jika memang harus rekrut pembantu infal, sebaiknya tidak memprioritaskan pekerjaan yang berkaitan dengan pengasuhan anak," ujar Ketua KPAI Asrorun Niam Sholeh kepada wartawan di Jakarta, Rabu (29/6).

Ketiga, jika terpaksa mempekerjakan pembantu infal untuk pengasuhan anak, maka harus dalam pengawasan orang tua. "Tidak boleh dilepas sendiri. Orang tua harus mengawasi dengan benar pembantu tersebut yang baru dikenal. Tidak boleh lengah," kata dia.

Dia juga mengingatkan orang tua untuk menjadikan momentum Idul Fitri sebagai sarana mempererat kekerabatan dan mengenalkan mengenalkan anak arti penting silaturahmi serta menyambung persaudaraan, komitmen berbagi, dan saling memaafkan.

KPAI juga memberi tips bagi orang tua yang hendak mengajak anak-anak liburan. Orang tua sebaiknya memilih tempat rekreasi yang edukatif, tidak membahayakan, dan tentu tetap harus mendampingi serta memberikan pengawasan terhadap keselamatan buah hati.

(baca: Anak Main Internet. 98 Persen Orang Tua Khawatir)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement