REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Program peningkatan asupan gizi anak sekolah, tidak hanya menambah siswa untuk lebih bersemangat belajar, namun juga dapat berpengaruh pada kecerdasan dan prestasi yang mereka miliki.
"Anak sekolah tersebut harus diberikan gizi yang cukup, sehingga tidak berdampak pada pertumbuhan fisik dan begitu juga prestasi belajar mereka," ujar Pakar Pendidikan Universitas Negeri Medan (Unimed) Dr Mutsyuhito Solin, MPd di Medan, Senin (20/6).
Pemberian gizi anak sekolah itu, menurut dia, sangat berpengaruh pada intelegensi, budi pekerti, hubungan emosional, dan juga cara berteman dengan sesama rekan seusia mereka.
"Makanan yang bergizi dan penuh multi vitamin harus selalu diberikan kepada anak sekolah, khususnya anak TK, dan pelajar SD, karena mereka sedang masa pertumbuhan," ujar Solin.
Ia menyarankan, orang tua jangan lupa memberikan sarapan pagi kepada anak sebelum mereka berangkat pergi ke sekolah, karena hal ini berpengaruh pada daya tahan tubuh, dan begitu juga daya tangkap menerima pelajaran yang diberikan guru.
Sebab, masih banyak ditemui anak yang berangkat ke sekolah, tanpa sarapan lebih dahulu di rumah, hal ini bisa mengganggu kesehatan bagi siswa tersebut.
Selain itu, pelajar yang tidak sarapan di rumah, bisa saja mengalami jatuh pingsan di sekolah karena lemas, dan menderita penyakit maag atau radang lambung akibat gangguan kesehatan.
"Ini perlu pengawasan ekstra ketat dari kedua orang tua agar selalu memperhatikan anak yang pergi ke sekolah itu, supaya sarapan terlebih dahulu di rumah," ucapnya.
Solin menambahkan, sarapan di rumah bagi anak sekolah merupakan suatu keharusan, dan jangan sampai dilupakan, karena dapat membuat fatal bagi siswa tersebut.
"Siswa yang tidak sarapan di rumah sebelum berangkat ke sekolah, kurang konsentrasi menerima pelajaran dari guru dan bisa saja mudah terserang penyakit," kata Dosen Unimed itu.
Sebelumnya, disebutkan sebanyak 56 persen anak di Indonesia pergi sekolah tanpa sarapan terlebih dahulu di rumah. Hal itu disampaikan Dekan Ekologi Institut Pertanian Bogor, Arif Satria. "Sebanyak 56 persen anak sekolah berangkat menuntut ilmu tanpa sarapan terlebih dahulu.
Dampaknya tidak bisa menangkap pelajaran secara maksimal," ujar Arif di Jakarta. Pelajaran yang diberikan oleh guru pun menjadi sia-sia, karena anak tidak konsentrasi akibat perut kosong. "Kemampuan murid dalam mengingat menjadi berkurang. Jadi percuma, kalau kita memberikan ilmu sebanyak-banyaknya, tapi kemampuan mengingat anak kurang bagus."
Di sekolah pun, anak-anak tidak mendapatkan makanan yang bergizi untuk mengganjal perut. Sebagian besar jajanan di sekolah masih mengesampingkan nilai gizi. Dalam jangka panjang, hal itu akan berdampak pada sumber daya bangsa.