Selasa 24 May 2016 09:00 WIB

Psikolog Ingatkan Pentingnya Ortu Dampingi Anak Akses Teknologi

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Gadget seperti dua sisi pisau di anak dan remaja, fungsinya bisa memberi efek positif termasuk negatif.
Foto: pixabay
Gadget seperti dua sisi pisau di anak dan remaja, fungsinya bisa memberi efek positif termasuk negatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak, Ayoe Sutomo menilai, teknologi merupakan salah satu pemicu seorang anak menjadi pelaku kekerasan dan kejahatan, baik seksual, fisik maupun verbal. Selama ini, tidak banyak orang tua yang memberikan penjelasan ihwal teknologi yang dinikmati anak-anak.

"Kalau bentuknya kekerasan (seksual, verbal dan fisik), kalau pelakunya anak, ada faktor teknologi," kata Ayoe saat dihubungi Republika.co.id.

Ia menjelaskan, akses teknologi yang begitu mudah tentu memberikan contoh pembenaran pada anak bahwa kekerasan fisik dan verval merupakan tindakan yang dapat ditoleransi.

Ayoe menjelaskan, mengapa anak-anak mempunyai pemikiran mentoleransi, karena adanya kemajuan teknologi yang mudah diakses, namun tidak dibarengi pola komunikasi atau penjelasan yang tepat. Sehingga, hal-hal yang mereka lakukan, dianggap sebagai sesuatu yang bisa diperbuat.

Mudahnya akses teknologi, menurut Ayoe, harus diiringi dengan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Orang tua harus menjelaskan pada anak-anak ihwal apa saja yang sudah diakses oleh mereka.

"Penjelasan paling tepatnya seperti apa, seperti itu harus dibina. Karena kalau tidak, anak akan besar dengan contoh yang salah tanpa adanya bimbingan dari orang tua," tutur Ayoe.

Selain itu, ia melanjutkan, apabila berbicara ihwal anak yang menjadi pelaku kekerasan, keluarga yang memegang peranan penting. Biasanya, ia menuturkan, tidak adanya pemenuhan kebuhutuhan emosi di dalam diri sang anak. Hal tersebut, membuat sanga anak mencari pengakuan di luar menunjukkan kekuatannya demi sebuah pengakuan.

"Bukan kurang perhatian. Tapi kadang yang dibutuhkan anak, bukan hanya perhatian. Tapi ada komunikasi yang terbuka, kebahangatan, ada keterikatan emosi," jelasnya.

(baca: Ada Banyak Pola ASuh Anak, Mana yang Paling Tepat?)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement