REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap orang tua umumnya menerapkan pola asuh tertentu dalam mendidik anaknya. Namun di antara pola asuh tersebut juga perlu diketahui mana yang dianggap layak diterapkan pada anak.
Seperti dilansir laman sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Jumat (20/5), terdapat jenis-jenis pola asuh yang biasa dilakukan para orang tua terhadap anaknya. Salah satunya, pola asuhan otoriter. Di sini orang tua biasanya memiliki kaidah dan peraturan yang kaku dalam mengasuh anaknya. Tingkah laku anak dikekang dan tidak ada kebebasan kecuali perbuatan yang sudah ditetapkan oleh peraturan.
Kemudian pola asuh demokratis, yakni orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan yang membantu anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan. Orang tua menekankan aspek pendidikan ketimbang aspek hukuman pada pola ini.
Sementara itu terdapat juga pola asuh permisif. Pada pola asuh ini orang tua bersikap membiarkan atau mengizinkan setiap tingkah laku anak. Orang tua acap tidak pernah memberikan hukuman kepada anaknya. Pola ini ditandai oleh sikap orang tua yang membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya.
Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), Rosa Diniari, mengungkapkan pentingnya untuk diingat orang tua dalam menentukan bentuk pola asuh. Sebab, hal ini berkaitan erat dengan tujuan atau harapan dalam mendidik anak-anak mereka. “Bisa saja menggunakan semua bentuk pola asuh sekaligus atau secara bergantian,” kata Rosa.
Di samping itu, karakter atau sifat bawaan anak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam menerapkan suatu bentuk pola asuh. Untuk anak-anak yang agresif, ia menyarankan, untuk menggunakan pola asuh yang otoriter. Sementara anak-anak yang mudah merasa takut dan cemas lebih baik digunakan pola yang demokratis.
Selama ini orang tua nampaknya tidak pernah memperhatikan faktor karakter anak ketika menerapkan pola asuh. Menurut Rosa, anak yang tertutup, penakut, dan pendiam justru harus mendapatkan perhatian lebih dalam pengasuhan.
Pada aspek orang tua, Rosa mengaku terdapat perbedaan antara pola asuh yang dianut ayah dengan ibu. Ayah pada umumnya bersikap tegas, bijaksana dan mengasihi keluarganya. Sedangkan ibu lebih berperan sebagai orang yang bisa memenuhi kebutuhan anak seperti merawat dan mendidik dengan sabar, mesra dan konsisten. Karena itu, diharapkan ibu bisa menjadi contoh dan teladan bagi anak.
“Solusinya, adanya kesepakatan dan komitmen yang dijaga dengan konsisten dan saling menghargai antara ayah dan ibu,” kata Rosa. Upaya ini menghindari berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi akibat ketidakakuran orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya.