REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga tahun belakangan, perayaan baby shower menjadi cukup nge-tren di Indonesia. Tradisi Barat yang berasal dari Amerika Serikat ini mulai sering dipraktikkan di masyarakat kita.
Seperti apa sebetulnya baby shower itu? "Walau bentuk dan pelaksanaannya berbeda dengan syukuran tujuh bulanan adat Jawa, Sunda, atau adat lain, tujuannya sama yaitu mensyukuri kehadiran calon bayi dan berbagi suka cita dengan orang-orag terdekat," kata Nadia Mulya dalam acara peluncuran buku karyanya bersama Ola Harika berjudul The Little Thought Books of Baby Shower beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, asal-usul istilah baby shower memang tidak diketahui secara pasti. Ada yang memaknai istilah tradisi turun-temurun itu sebagai dihujani, dari kata shower.
Artinya, lanjut Nadia, calon orang tua dihujani dengan hadiah dan perhatian dari teman dan keluarga. Ada juga yang mengasosiasikan shower dengan payung, karena acaranya di Barat sering diadakan di luar ruangan pada siang menjelang sore hari sehingga para tamu menggunakan payung untuk berlindung dari terik matahari.
Perempuan 36 tahun yang sedang mengandung anak ketiga itu berujar, teori lain mengatakan istilah shower diambil dari nama Frank Schauer (dibaca shower). Perajin perak asal Austria itu, Nadia mengatakan, bermigrasi ke new York pada abad ke-18 dan berhasil membumikan tren aksesori perak sebagai hadiah untuk calon bayi.
Ola Harika, party planner yang menyusun buku bersama Nadia mengatakan tren itu sudah banyak dilakukan pasangan muda di kota besar seperti Jakarta. Mereka mengadakan perayaan itu tanpa mengesampingkan ritual agama dan budaya seperti pengajian empat bulanan atau acara tujuh bulanan.
"Daripada melakukan perayaan dua kali, baby shower dapat digabungkan dengan beberapa acara tradisional pada tujuh bulanan, seperti menjadikan acara pengajian atau siraman sebagai bagian dari acara," ungkap Ola yang menyusun bukunya bersama Nadia hanya dalam waktu empat bulan.