Selasa 22 Mar 2016 10:02 WIB

Cara Mudah Terapi Oksigen Tanpa Biaya Mahal

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Salah satu contoh ruang terapi hiperbarik
Foto: ist
Salah satu contoh ruang terapi hiperbarik

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Terapi oksigen hiperbarik dalam beberapa waktu terakhir sangat populer digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit.

Seperti penyembuhan luka diabates, patah tulang, luka trauma, terapi radiasi, dan lainnya. Bahkan terapi dengan memasukkan oksigen murni ke dalam tubuh dalam ruang bertekanan tinggi ini kian ramai diperbincangkan setelah terjadi kecelakaan di salah satu rumah sakit di Jakarta.

Ahli Fisiologi UGM, Zaenal Muttaqien Sofro mengatakan terapi oksigen hiperbarik awalnya ditujukan bagi para penyelam. Dilakukan untuk mengatasi ganguan yang terjadi akibat tekanan yang tinggi di bawah permukaan air akibat penyelaman atau yang disebut dekompresi.

"Saat penyelam naik ke permukaan akan muncul gelembung udara berupa gas nitrogen. Akumulasi nitrogen saat menyelam yang membentuk gelembung udara ini menyumbat aliran darah sehingga bisa menimbulkan kondisi seperti nyeri otot, stroke, dan kejang-kejang. Bahkan menyebabkan kematian," jelasnya, kemarin.

Pada kasus dekompresi penyelam ini, pemberian terapi oksigen hiperbarik ditujukan untuk menghilangkan gas nitrogen dari dalam tubuh.

Dalam perkembangannya terapi ini juga dimanfaatkan untuk penyembuhan sejumlah penyakit. Baik yang terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan keras.

Disamping itu terapi ini juga digunakan untuk mencegah infeksi dan anti aging (penuaan). "Terapi ini arahnya untuk meningkatkan efektivitas proses penyembuhan dalam pengobatan penyakit. Bekerja dengan mengecilkan pembengkakan yang terjadi pada jaringan," papar dosen bagian Ilmu Faal Kedokteran UGM ini.

Meskipun terapi oksigen hiperbarik tergolong aman, namun terapi ini tetap memiliki sejumlah risiko. Salah satunya adalah kebakaran seperti yang terjadi di RS AL Mintohardjo beberapa waktu lalu.

Karena dilakukan pada tekanan udara yang lebih besar. Antara lain dua sampai tiga kali lebih besar dari tekanan udara atmosfer normal.

Kebakaran terjadi bisa karena sifat oksigen yang mudah terbakar. Sehingga saat terapi pasien dilarang membawa peralatan elektronik.

Karenanya Zaenal menawarkan satu cara yang cukup ampuh untuk terapi oksigen yang aman, mudah dilakukan, dan murah. Pasalnya saat ini belum banyak rumah sakit yang menyediakan layanan terapi oksigen hiperbarik ini.

"Terapi oksigen pada dasarnya menghantarkan oksigen ke dalam tubuh. Hal ini bisa dilakukan dengan olahraga yang berprinsip FITT (Frequency, Intensity, Time, and Type)," jelas Alumnus Sport Medicine and Sport Circulatory, Innsbruck, Austria ini.

Zaenal menerangkan untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam darah seseorang bisa melakukannya dengan olahraga secara teratur dan terukur yaitu tiga sampai lima kali setiap pekan. Kemudian dilakukan dengan intensitas yang sedang, tidak boleh terlalu berat ataupun ringan.

Olahraga dilakukan dalam durasi  30 sampai 45 menit setiap sesinya. Tidak boleh kurang maupun lebih agar tidak terjadi keracunan oksigen.

Terakhir, olah raga yang dilakukan  bersifat ritmis, berkelanjutan, serta menggunakan otot besar seperti senam, bersepeda, renang jogging, dan jalan cepat.

Zaenal mengemukakan, olahraga akan membentuk pembuluh darah baru. Dengan begitu, dapat memperlancar peredaran oksigen ke seluruh tubuh. Semakin banyak oksigen yang terserap, maka semakin baik tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak.

"Olahraga adalah cara yang mudah dan murah untuk meningkatkan pasokan oksigen dalam tubuh. Selain itu juga aman dan bisa dilakukan secara massal," terangnya.

Menurut Zaenal, selain melakukan olahraga secara rutin, masyarakat juga dihimbau untuk memenuhi kebutuhan air minum setidaknya delapan gelas sehari atau sekitar 1.500 liter. Hal ini diperlukan untuk memperlancar sirkulasi oksigen dalam darah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement