Kamis 17 Mar 2016 14:24 WIB

Menemani Anak, Cara Ortu Ubah Permainan Jadi Edukatif

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Beragam permainan papan untuk anak.
Foto: pixabay
Beragam permainan papan untuk anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Anak yang sudah adiksi dengan permainan digital, mungkin sulit untuk diajak permainan lain.

Tapi, bukan tidak mungkin. Coba tips dari psikolog klinis anak dari Tiga Generasi, Saskhya Aulia Prima, M.Psi.

Menurutnya, kuncinya ada di orang tua. Orang tua sekarang itu banyak terpapar produk permainan yang diberi label edukatif. Tapi edukatif atau tidaknya tidak selalu terletak pada labelnya. Mainan apapun bisa edukatif selama orang tua ikut menemani anaknya bermain dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi anak untuk bermain.

“Sebenarnya kalau main orang tuanya diam saja tidak memperhatikan, anaknya juga bosan. Penyebab anak bosan dengan mainan bukan karena mainnya nggak mahal dan nggak menarik, tapi karena orang tuanya. Itulah mengapa kalau ada teman mainnya, teman mainnya ganti-ganti, orang tuanya ikut main bareng, jadinya permainan jadi menyenangkan,” ujarnya.

Seperti permainan papan model monopoli yang terkesan kuno. Anak-anak bukan tidak mau memainkannya, tapi hanya belum tahu atau belum kenal. Ajak anak lakukan permainan papan bersama orang tuanya, tidak hanya sebatas menyuruhnya bermain sendiri. Orang tua yang meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak, akan membuat anak semangat bermain.

“Karena kadang-kadang anak bukan senang mainnya tapi senang ekspresi orang tuanya atau senang bermain atau ketemunya dengan siapa, yang dicari momennya, bukan cuma mainannya,” ujarnya.

Jadi sebagai orang tua, ia menyarankan sebaiknya libatkan diri saat anak bermain. “Sesibuk-sibuknya saran saya dan penelitian terakhir, minimal 10 sampai 15 menit itu ada waktu untuk main atau ngobrol dengan anak,” ujarnya.

Sambil bermain ornag tua juga bisa sambil mengobrol dengan anak, misalnya ketika anak sudah nyaman bermain, tanyakan apa kesulitannya di sekolah dan pertanyaan lain. Namun jangan langsung menyerang anak dengan pertanyaan sebelum ia merasa nyaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement