Rabu 09 Mar 2016 12:04 WIB

Risma Pandang Gerhana Momentum Dorong Anak Gemari Astronomi

Tugu Yogyakarta nampak berbentuk siluet saat terjadinya gerhana matahari Rabu (9/3). Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkena gerhana matahari sebesar 84 persen.
Foto: Republika/Darmawan
Tugu Yogyakarta nampak berbentuk siluet saat terjadinya gerhana matahari Rabu (9/3). Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkena gerhana matahari sebesar 84 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menilai fenomena gerhana matahari total yang berlangsung selama 2 jam 18 menit 17 detik mulai pukul 06:21:20 hingga 08:39:37 WIB dengan lebar gerhana sekitar 86,04 persen menjadi momentum untuk edukasi anak.

"Selain untuk refreshing, fenomena ini juga bermanfaat bagi edukasi anak," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menyaksikan gerhana matahari di Taman Ria Kenjeran atau Kenpark Surabaya, Rabu (9/3).

Menurut dia, fenomena alam gerhana matahari setiap 33 tahun sekali ini merupakan momen langka karena masyarakat Surabaya tidak dapat menikmati tiap tahunya. Maka dari itu, kata dia, peristiwa alam ini sangatlah tepat bagi orang tua untuk memberikan edukasi kepada putra dan putrinya.

Ia memberikan contoh misalnya seperti sekolah astronomi, karena dengan sekolah atau mengikuti komunitas astronomi seperti inilah bisa para pelajar dapat membantu masyarakat secara luas untuk memberikan edukasi tentang segala fenomena alam yang terjadi. "Maka dari itu sangatlah penting bagi orang tua untuk terus mendorong putra-putrinya yang mempunyai minat di dalam dunia astronomi," katanya.

Anggota Surabaya Astronomi Club Joshua mengaku pihaknya telah mempersiapkan segala kebutuhan teknis jauh-jauh hari untuk menggelar kegiatan Pengamatan Gerhana Matahari Bersama dengan Wali Kota Surabaya. "Persiapan dari komunitas kami sejauh ini sudah matang. Kami membawa teleskop yang dilengkapi filter khusus Matahari. Cara kerja filter itu meredupkan sinar yang masuk ke teleskop sebesar seratus ribu kali lipat, selain itu kami juga bawa kamera SLR," katanya.

Fenomena alam yang terjadi setiap 33 tahun sekali ini nampaknya mendapat atensi yang luar biasa dari masyarakat luas. Ribuan warga Kota Surabaya memadati area Kenpark untuk dapat menikmati peristiwa Gerhana Matahari total secara langsung.

Hanya saja antusiasme warga ini tidak dibarengi dengan kesiapan dari pemkot Surabaya untuk memfasilitasi warganya. Pembagian kacamata khusus untuk melihat gerhana matahari dari komunitas Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya sempat ricuh.

"Kami hanya mampu menyediakan sekitar 200-300 kacamata khusus untuk hari ini," ujar Roni Pembina Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya.

Jumlah pengunjung yang mencapai tiga kali lipat, sebagian besar yang sudah sejak pagi mengantri untuk mendapatkan kacamata khusus secara gratis harus gigit jari.

Hal ini dikarenakan tidak sampai lima belas menit stok kacamata khusus telah ludes. "Dibilang kecewa ya kecewa mas, saya sudah antre sejak pukul 06.00 WIB, tapi tidak kebagian kacamata dengan alasan jumlahnya sangat terbatas," kata Adit pengunjung asal Surabaya.

Dari peristiwa tersebut, masyarakat yang tak kebagian kacamata khusus sempat beradu cek-cok dengan pihak Komunitas Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya. Namun tidak berlangsung lama kemarahan pengunjung ini dapat diredam kembali sehingga situasi kembali kondusif.

(baca: Meski di Dalam Air, Lumba-Lumba Bisa Rasakan Gerhana)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement