REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menyambut Gerhana Matahari Total pada Rabu (9/3) besok, Komunitas Astronomi 'Imah Noong', sekumpulan warga Kampung Areng Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Jawa Barat menghadirkan sebuah kacamata khusus untuk menyaksikan fenomena alam yang langka itu Belitung.
Namun, ini bukan kacamata biasa, tapi kacamata raksasa. Kacamata ini memiliki panjang 960 centimeter dan lebar 60 centimeter. Dengan menggunakan satu bingkai, kacamata ini tetap didesain memiliki sembilan lubang. Dijamin aman, karena di setiap lubang dipasangi filter berbahan black polimer neutral density (ND)-5.
Karena ukurannya yang tak lazim itulah, Museum Rekor Indonesia (MURI) akan mencatat ide kreatif ini dalam rekor baru. “Kacamatanya benar-benar jumbo. Kalau dibentangkan, kacamata raksasa ini bisa dipakai bersama-sama oleh 45 orang sekaligus. Sekarang kacamatanya sudah ada di Pantai Terentang, Bangka. Tinggal nunggu dipasang filternya," ujar Kepala Dinas Pariwisata Bangka Belitung, Tajuddin dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Selasa (8/3).
Kacamata raksasa itu ternyata sukses memikat minat wisawatawan mancanegara untuk berkunjung ke Pantai Terentang. Wisatawan Jepang, Malaysia, Tiongkok, Prancis dan negara Eropa sampai rela antre untuk mendekat ke kacamata jumbo tadi. Tidak sedikit dari mereka yang membubuhi tanda tangannya. Sebagian lainnya, memilih berselfie di kacamata tersebut.
“Dari keterangan Komunitas Astronomi 'Imah Noong', pembuatan kacamata ini menghabiskan biaya sekitar Rp 60 juta. Yang mahal bingkai kacamatanya yang menggunakan bahan akrilik. Filternya juga nggak murah karena bahannya mencapai Rp 15 juta,” ungkap Tajuddin.
Menpar Arief Yahya sering menyebut, Indonesia sudah berada di pintu "cultural industry" atau "creative industry." Sudah melewati tiga gelombang, yang disebut Alfin Tofler dalam buku "The Third Wave". Yakni, gelombang agriculture, lalu manufacture, dan information technology. "Ke depan, kita akan memasuki era baru, era creative industry, era world community," cetus Menpar.
Arief mencontohkan, GMT 2016 yang melintasi 12 provinsi di daratan Indonesia itu, Kemenpar memang mendorong semua daerah untuk membuat kreasi event, untuk dipromosikan ke seluruh penjuru dunia.