REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT -- Danau Aco merupakan salah satu wisata alam yang ada di Linggang Melapeh, Kutai Barat, Kalimantan Timur. Namun, tidak banyak orang tahu kisah di balik terbentuknya danau tersebut.
Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata Kutai Barat, Paran, mengungkapkan satu cerita melegenda yang dipercaya warga sekitar, tentang asal mula terbentuknya Danau Aco.
Menurut Paran, danau yang berada di dataran tinggi itu terbentuk usai sebuah bencana besar, akibat ulah manusia yang tidak mematuhi tradisi nenek moyang.
Paran menjelaskan, dahulu di lokasi Danau Aco terdapat sebuah perkampungan kecil, dengan lamin atau rumah panggung panjang sebagai rumah mereka.
Dalam lamin itu, tinggal seorang wanita bernama Oso atau yang orang kampung dahulu biasa memanggilnya dengan panggilan Aco.
Aco, dikisahkan sebagai sosok istri yang senang menari dan memiliki kekesalan terhadap suaminya, yang sangat sering meninggalkannya dan pergi tanpa ia ketahui. Suatu saat, Aco yang baru pulang dari hutan menemukan sebuah lutung di tengah perjalanan, yang kemudian dibawa ke rumah.
Kesal dengan sikap sang suami, Aco ikut warga kampung untuk menghibur diri dengan menari Belian, salah satu tarian khas suku Dayak untuk penyembuhan Namun, Aco menggunakan ekor lutung yang ia temukan di jalan untuk memukul-mukul alat musik, yang tentu dilarang dalam ritual Belian.
Tak lama, datang angin ribut beserta hujan badai yang amat besar menimpa kampung tersebut, yang dipercaya sebagai kemarahan atas tindakan Aco.
Hujan badai di kampung yang memang berada di cekungan sebuah dataran tinggi tersebut, tak pelak menenggelamkan Aco beserta seisi kampung.
Paran menjelaskan legenda itu memiliki pesan, kalau semua orang harus menghormati tradisi nenek moyang yang ada dan berlaku di suatu daerah.
Paran menegaskan, kejadian itu pula yang melahirkan sebuah larangan bagi para pengunjung, agar tidak berbuat sesuatu yang aneh-aneh saat berada di Danau Aco.
"Hormati tradisi, tidak boleh berbuat suatu hal aneh," kata Paran kepada Republika, Kamis (25/2).