REPUBLIKA.CO.ID, KUTAI BARAT -- Indonesia memang memiliki banyak potensi wisata alam yang masih tersembunyi. Kalimantan, merupakan salah satu pulau yang masih banyak menyimpan banyak wisata alam.
Danau Aco merupakan salah satu wisata alam unggulan yang berada di Kampung Linggang Melapeh, Kutai Barat, Kalimantan Timur, dengan luas keseluruhan hampir dua hektare. Luas keliling danau yang semula berukuran lebih dari 800 meter, terus mengalami pendangkalan secara alami dan praktis menyisakan luas danau berisi air sekitar 200 meter saja.
Kurang terurusnya wisata alam Danau Aco membuat tanaman eceng gondok dan tanah terus menutupi air, sehingga meninggalkan danau berdiameter sekitar 120 meter dan kedalaman 30 meter. Untuk menjangkau danau, dibuatlah semacam jalan menggunakan kayu-kayu yang disusun berbaris rapi, melewati tanaman eceng gondok seperti sebuah dermaga di tepian danau.
Untuk memasuki wisata Danau Aco, pengunjung cukup mengeluarkan uang retribusi sebesar Rp 1.000, dengan tarif parkir kendaraan motor Rp 1.000 dan mobil Rp 1.500. Setelah itu, tinggal menuruni anak tangga yang di tengah perjalanan pun, sudah tampak jelas keindahan Danau Aco yang biasanya diikuti gumpalan awan tebal di atas.
Anak tangga yang memang tidak sedikit kerap membuat pengunjung kelelahan, terutama yang sudah berada di bawah dan ingin kembali ke lokasi parkir. Namun, telah tersedia dua pendopo berukuran cukup besar di pertengahan tangga, yang tentu bisa digunakan pengunjung untuk beristirahat maupun menikmati pemandangan Danau Aco.
Berbagai fasilitas permainan air turut tersedia dengan tarif yang terbilang sangat terjangkau, demi memanjakan pengunjung yang ingin menjelajahi luas danau tanpa perlu kelelahan. Perahu karet dibandrol dengan biaya 10 ribu per orang, perahu bebek 20 ribu per orang, dan rompi lima ribu per orang, dengan waktu pemakaian 30 menit.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kutai Barat, Rusdianto, mengatakan pengunjung Danau Aco pada hari libur bisa mencapai 700 orang, serta akan bertambah berkali lipat pada hari raya yang mencapai ribuan orang. Sayang, banyaknya tawaran perusahaan pertambangan sawit dan batu bara, sering membuat gusar masyarakat sekitar.
Rusdianto berharap pemerintah mau menaruh perhatian khusus kepada Danau Aco, agar lingkungan sekaligus sumber air masyarakat tetap terjaga dengan wisata alam. Menurut Rusdianto, itu akan lebih baik dibandingkan menerima pembangunan pertambangan, yang jelas akan menyengsarakan masyarakat sekitar karena merusak alam.
"Semoga pemerintah mau menaruh perhatian agar tetap menjadi wisata alam, serta kehidupan masyarakat tetap terjaga," kata Rusdianto kepada Republika, Kamis (25/2).