REPUBLIKA.CO.ID, Sajian khas Timur Tengah dari restoran dan Kafe Sentral Al Jazeerah tak perlu diragukan lagi cita rasanya. Salah satu menu andalan yang kerap membuat para pengunjungnya rindu ialah sajian daging kambing.
Untuk mendapatkan cita rasa daging kambing yang lezat dan tak berbau khas Sentral Al Jazeerah ternyata membutuhkan proses yang panjang. Akan tetapi kunci di balik semua proses tersebut ialah kualitas daging kambing yang digunakan.
Manajer Sentral Al Jazeerah, Romli Rinun, mengatakan untuk menyajikan daging kambing yang lezat, daging yang diolah harus dalam keadaan segar. Daging beku, lanjut Romli, akan memberikan hasil rasa yang berbeda dan kurang menggugah selera.
"Semua yang kami gunakan daging kambing muda. Satu hari butuh 20 ekor, dan jika habis, kami akan langsung meminta pemasok mengirimkan lagi daging segar," terang Romli.
Dari satu ekor kambing, Romli mengatakan ada sebanyak lima hingga tujuh kilogram daging kambing muda yang bisa diolah. Proses memasak yang cukup lama dan berulang kali harus dilakukan koki Sentral Al Jazeerah untuk menghasilkan tekstur daging yang empuk dan tidak berbau.
Selain itu, selama proses memasak di dalam oven, Romli mengatakan lemak-lemak yang terdapat dalam daging kambing muda dikeluarkan. Proses memasak daging kambing muda ini, jelas Romli, dilakukan dengan suhu 250 derajat. Setelah daging matang, Romli mengatakan lemak-lemak yang tak sehat telah terpisah dari daging. "Bau dan kolesterol menjadi hilang, sehingga aman," jelas Romli.
Daging kambing muda ini kemudian dapat disajikan dalam berbagai hidangan khas Timur Tengah. Salah satu yang menjadi andalan dari Sentral Al Jazeerah ialah Nasi Mandi Lahm (kambing). Nasi Mandi merupakan nasi berbumbu yang berasal dari Yaman dan memiliki warna yang tidak terlalu pekat. Potongan daging sapi biasanya disajikan di atas nasi lahm, ditemani dengan lalapan khas Timur Tengah dari bawang bombay.